Dark/Light Mode

Greenpeace: Waspadai Dampak Migrasi Mikroplastik Galon Sekali Pakai

Rabu, 10 November 2021 05:25 WIB
Plastic Researcher Greenpeace Indonesia Afifa Rahmi Andini (Foto: Istimewa)
Plastic Researcher Greenpeace Indonesia Afifa Rahmi Andini (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pegiat lingkungan Greenpeace Indonesia mengajak masyarakat tidak mengkonsumsi air mineral dalam kemasan galon sekali pakai. Hal itu disebabkan ditemukannya migrasi mikroplastik dari galon tersebut ke dalam produk airnya.

Plastic Researcher Greenpeace Indonesia Afifa Rahmi Andini, mengungkapkan dari hasil uji yang dilakukan di Laboratrium Kimia Anorganik Universitas Indonesia (UI) ditemukan bahwa air galon sekali pakai terkontaminasi dengan mikroplastik. Saat itu, sampel air galon sekali pakai diambil dari tiga wilayah yaitu Jakarta, Depok, dan Bogor.

Mikroplastik yang ditemukan dalam air galon sekali pakai itu sebagian besar berbentuk fragmen dengan ukuran 2,44-63,65 mikrometer,” ujarnya, dalam acara webinar “Reuse Revolution For a Better Health and Climate”, Selasa (9/11).

Baca juga : Polri Waspadai Transaksi Kripto Untuk Peredaran Narkoba

Menurut Afifa, mikroplastik yang ditemukan dalam air galon sekali pakai itu didominasi jenis PET, yaitu polimer pembuat kemasan galon. Dia mengatakan, konsentrasinya memang tidak terlalu besar, hanya sekitar 0,2 mg sampai 5 mg per liter.

"Tapi, kalau kita lihat jumlah partikelnya sangat banyak. Ada 85-95 juta partikel per liter atau 570 juta-1.275 juta per galon,” ungkapnya.

Kata Afifa, migrasi mikroplastik galon sekali pakai ke dalam produk airnya itu berpotensi masuk ke dalam tubuh para konsumen. Dari kuesioner yang disebarkan Greenpeace ke 38 konsumen galon sekali pakai, diperoleh hasil bahwa rata-rata mereka mengonsumsi air galon sekali pakai sekitar 1,89 liter per hari. “Setelah kita hitung, dengan konsumsi sebanyak itu, mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh konsumen sekitar 0,378 mg -9,45 mg per hari,” terangnya.

Baca juga : Greenpeace Harap Roadmap Pengurangan Sampah Plastik Bisa Diakses Publik

Kadar itu memang masih berada di bawah batas aman dari WHO. Tapi, kata Afifa, WHO juga memberikan catatan bahwa penelitian terkait dampak kesehatan mikroplastik ini masih terus dikembangkan. “Jadi, WHO juga memberikan early warning atau reminder terhadap penggunaan jangka panjang yang bisa memberikan resiko yang sangat besar,” katanya.

Kalau mikroplastik itu terakumulasi dalam jaringan atau organ tubuh manusia, menurut Afifa, bisa memberikan beberapa masalah dalam sistem syaraf dan hormonal. “Tidak hanya itu, mikroplastik dalam tubuh manusia itu juga dikawatirkan dapat menimbulkan risiko ke arah karsinogenik,” tuturnya.

Karenanya, dia mengajak masyarakat mewaspadai pemakaian air minum galon sekali pakai ini. “Kalau bisa kita nggak usah mengonsumsi air galon sekali pakai ini,” ucapnya.

Baca juga : Peneliti UI: Tak Ada Mikroplastik Di Galon Guna Ulang

Selain dampak terhadap kesehatan, menurut Afifa, galon sekali pakai ini juga akan menambah masalah baru bagi lingkungan. “Kondisi sampah plastik kita yang sudah sampai di titik krisis saat ini. Seharusnya jangan ditambah lagi dengan terus berinovasi menciptakan produk-produk plastik sekali pakai yang baru, yang justru akan memperberat masalah sampah plastik kita,” tandasnya.

Di acara yang sama, Peneliti Plastik Ecoton, Eka Chlara Budiarti, mengutarakan bahwa cemaran mikroplastik dari sampah plastik sekali pakai banyak ditemukan di wilayah-wilayah muara sungai. Kondisi ini akan mengkontaminasi ikan-ikan, termasuk kerang hijau yang ada di sana. “Nah, mikroplastik itu otomatis akan masuk ke tubuh para konsumen yang memakannya, yang akhirnya bisa menyebabkan penyakit,” ujarnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.