Dark/Light Mode

Meriahnya Acara JNF

Senin, 24 Juni 2019 08:09 WIB
Ngopi - Meriahnya Acara JNF
Catatan :
BARATA KRISNA

RM.id  Rakyat Merdeka - Sabtu pagi itu, 22 Juni cuaca cukup cerah. Saya dan isteri tengah menonton TV swasta yang jadi santapan hari itu. Tepat di tayangan headline news, Sang Anchor pun menyiarkan, pada hari itu yang kebetulan HUT DKI Jakarta, Pemda DKI memberikan kebijakan khusus. Penumpang Transjakarta digratiskan.

Begitu juga Ancol yang menggratiskan tiketnya untuk pengunjung. Tak ketinggalan ada acara Jakarta Night Festival (JNF). Wah, pasti Transjakarta penuh sesak nih oleh penumpang. Maklum orang Jakarta kayaknya seneng sama yang namanya gratisan. Khususnya dari kalangan menengah ke bawah.

“Pah, Transjakarta gratis tuh. Gimana kalo kita jalan-jalan,” kata istri saya sambil sibuk mengepel lantai yang sudah tebal oleh debu. “Boleh, mah. Saya kan hari ini kebetulan libur kantor,” jawab saya sambil menyeruput teh yang lagi hangat-hangat kuku itu.

Baca juga : Belagunya Harga Jengkol

Kami memutuskan untuk ke JNF saja. Takutnya acara ini hanya setahun sekali saja. Memang, pas sekali pemda DKI menggelarnya, karena tanggal 22 Juni tahun ini jatuh pada malam minggu. Pastinya tidak mengganggu kegiatan masyarakat, karena besoknya sudah hari libur, yang biasanya di tempat yang sama diisi dengan car free day.

Setelah beres-beres rumah, kami pun berangkat menjelang maghrib. Sampai di shelter busway Pasar Rebo, kami disambut oleh para petugas transjakarta yang tampak rapi jali. Yang pria berkemeja lengan panjang putih dan berpeci, sedang wanitanya berkerudung.

Memang benar. Ternyata tiket digratiskan. “Bapak-bapak dan ibu-ibu, hari ini tiket digratiskan. Bagi yang memiliki kartu berbayar elektronik silakan tap di mesin pintu masuk. Jangan kuatir, saldo anda tidak terpotong,” kata seorang petugas.

Baca juga : Negeri Tanggap Bencana

Sampai juga kami di Shelter Setia Budi. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki, dari gedung Indocement, menuruni jembatan menuju HI. Jalan sempat longgar saat memasuki wilayah Tosari, tapi mulai berdesakan menjelang patung Selamat Datang. Massa sudah menyemut. Musik pun berdentam. 

Kami pun tiba di bawah patung. Saya pegang erat tangan istri saya, agar kami tidak terpencar. Saat sudah tak ada lagi celah untuk bergerak, isteri saya pun selfie selfie ria mengabadikan penonton dan artis-artis yang tampil di panggung. Menjelang usai, lagu “Bento” pun berkumandang. Di sini orang berjingkrakan.

Sempat ada yang bersenggolan dengan kami, yang untungnya semua dapat menahan emosi. Tak lama kemudian bau “naga” menyengat hidung. Ternyata, di sekitar kami ada segerombolan pemuda alay yang rupanya dipengaruhi alkohol. Saya pun mengajak isteri saya menghindari mereka.

Baca juga : Meriahnya Lebaran di Negeri Para Nabi

Menjelang pulang, kami kehausan. Seorang pedagang minuman pun menjajakan dagangannya yang kebetulan, sudah tinggal dua botol lagi. Saya pun segera memesannya kemudian mengobrol sejenak dengannya. Ferdi, sebut saja nama pedagang aqua itu. Dia berangkat dari Kuningan Cirebon, tiba di HI pukul 9 pagi.

Berjualan modal 10 dus. Taruhlah per dus untungnya Rp 50 ribu. Itu baru satu dus. Kalau 10 dus kalikan saja sendiri. Nangguk untung banyak nih si pedagang. “Ya lumayanlah mas. Cukup buat uang rokok dan ongkos pulang,” katanya. Seusai acara, panitia sibuk mengumumkan anak-anak yang terpisah dari orang tuanya. Mereka ditempatkan di tenda khusus bersama polisi. Ada seorang anak dari Citayam, yang kemudian ditemukan dan dipeluk oleh ibunya. Benar-benar JNF memberikan atmosfir tersendiri. Entah, apakah tahun depan akan ada lagi ajang ini. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.