Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tukang Cilok Rasa Pengamat Politik

Rabu, 24 Juli 2019 02:11 WIB
Ngopi - Tukang Cilok Rasa Pengamat Politik
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Setiap pagi saya menyempatkan mengitari kampung dengan menggendong putra saya yang baru berusia 11 bulan. Di usia ini, seorang anak tengah aktif-aktifnya. Makanya, saya ajak muter-muter.

Saya tinggal di perkampungan padat, tidak jauh dari SDN 01 Baktijaya, Depok. Di sana, setiap pagi banyak pedagang jajanan. Mulai dari tukang cireng hingga tukang cilok. Mereka juga muter, melintasi rumah saya. Alunan irama khas pedagang yang memasarkan jualannya menjadi “sarapan” sehari-hari saya dan anak saya. 

"Tek, tek, tek," pertama kali terdengar di telinga saya di pagi itu. Itu tukang cireng yang mengetuk kaca gerobaknya. Hanya hitungan detik, giliran tukang koran dengan suara merdunya berteriak, "koran." Suara-suara tersebut mampu mengalihkan pikiran putra saya yang sebelumnya selalu memandangi ayahnya ini. 

Baca juga : Beli Truk Ini Bonus Aplikasi Pemantau

Sayangnya, bukan tukang tersebut yang saya inginkan. Pagi itu, saya menunggu tukang cilok. Bukan karena ciloknya saja, saya suka dia karena sikapnya. Dia tidak terlalu rese seperti yang lain. Dia tidak banyak bicara, kecuali persoalan politik. Betul, dia tukang cilok rasa pengamat politik. 

Dia paham dinamika politik, dari mulai kampanye Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi. Tapi, menurut saya, pengamatan politik dia terlalu fanatik. Biasa, namanya juga tukang cilok, bicara politik sesuai diksi yang dia punya. 

Saat itu, saya mencoba memancing. "Kang, Prabowo kalah di MK," ucap saya sembari menuangkan bumbu kacang ke plastik berisi cilok. "Ya, ini mah sudah setingan semua," jawabnya, secara sentimen ke saya.

Baca juga : Asuransi Generali Cover 66 Penyakit Kritis

"Lho ko begitu," gumam saya sembari menahan tawa. Biar gimana pun tukang cilok ini jauh lebih tua dengan saya. Alhasil, saya harus menjaga diksi ketika berbicara dengannya. Salah-salah bicara bisa panjang ini urusannya, enggak kelar-kelar dia ceramah. 

Setelah itu, dia pun bicara panjang lebar. Termasuk keyakinan dia bahwa Prabowo tidak akan mengucapkan selamat ke Jokowi. Saya mendengarkannya dengan “tekun” sambil sesekali menahan tawa. Tidak terasa hampir satu jam saya mendengarkan ocehannya. 

Sepekan kemudian, ada peristiwa besar. Prabowo dan Jokowi bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus. Peristiwa ini tidak saya sia-siakan. Saya kembali menemui tukang cilok tersebut yang mangkal di sekolahan. Saat itu hari pertama sekolah setelah libur kenaikan kelas. 

Baca juga : Kemenhub Evaluasi Penyelenggaraan Tol Laut

"Kang, Prabowo sudah bertemu Jokowi tuh," tanya saya, yang berniat memancing agar dia kembali ceramah. Sayangnya, kali ini pertanyaan saya ini tidak dijawab dengan gamblang seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Dia seperti tidak semangat lagi. Obrolan pun menjadi tidak seru. Ya sudah, saya tidak lama-lama. Saya pilih balik kanan, tanpa wejangan dari tukang cilok tersebut. 

Oleh Khoirul Umam, Wartawan Rakyat Merdeka

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.