Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Anak Libur Sekolah Malah Bikin Pusing

Jumat, 27 Maret 2020 01:16 WIB
Ngopi - Anak Libur Sekolah Malah Bikin Pusing
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Awalnya, libur sekolah yang mulai Senin pekan lalu disambut gembira para orang tua. Mayoritas senang dengan ketupusan itu, karena bisa mencegah anak terinfeksi Virus Corona yang semakin menggila. Sebagai gantinya, pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah diubah menjadi di rumah. Siswa tetap mengerjakan semua tugas sekolah. Orang tua pun diminta mengawasi proses belajar anak.

Anak saya, yang duduk di SD, juga sangat senang. Soalnya, nggak perlu bangun pagi dan bermacet-macet di jalan. Apalagi, jarak sekolah dan rumah cukup jauh.

Sekarang, dia bisa bangun siang. Habis itu, duduk santai di depan laptop. Kadang sambal ngemil. Tak lama menunggu, tugas pun datang melalui surat elektronik. Anak saya begitu senang dengan tugas barunya itu. Soalnya, ini sistem yang baru pertama kali dijalaninya.

Baca juga : Mahalnya Motor Jambret

Hari pertama, tugas bisa dikerjakan dengan mudah dan lancar. Waktu itu, tugas Bahasa Indonesia. Kalau anak salah, orang tua bisa dengan mudah membenarkan. Nggak sampai setengah jam, tugas tuntas. Setelah itu, anak saya langsung main dengan teman sebayanya. 

Hal ini berbanding jauh bila harus masuk sekolah seperti biasa. Anak saya sekolah dengan sistem semi full day school. Berangkat jam 7 pagi, pulang jam 2 siang. Bila ada pelajaran tambahan, bisa pulang jam 4 sore. Sangat membosankan di umur yang baru genap 8 tahun. 

Namun, di hari kedua, mulai bikin pening. Tugas mulai menumpuk. Seperti Matematika, Bahasa Inggris, praktik ibadah, hingga praktik renang dikirim secara bersamaan. Khusus praktik renang dan ibadah, harus dibuat video. Hasilnya langsung dikirimkan ke guru pembimbingnya. Sementara, pelajaran lainya harus dikirimkan melalui sistem komputer yang sudah diprogramkan pihak sekolah. 

Baca juga : Gara-gara Corona, Arisan Keluarga Pun Jadi Kaku

Tugas ini tentu membuat bingung kami sebagai orang tua. Tak semua pelajaran dikuasai. Khususnya praktik renang. Tahunya hanya renang gaya bebas di kali. Tidak tahu berbagai macam gaya dalam renang. "Ternyata susah juga, ya jadi guru," gerutu saya.

Hari ketiga pikiran mulai buntu. Pelajarannya Teknik Ilmu Komputer (TIK). Tugasnya melukis pemandangan dengan komputer. Kami hanya bisa tertegun bingung. Seumur-umur tidak pernah mengerjakan soal itu. Bahkan hingga tingkat perguruan tinggi sekali pun. Akhirnya kami menyerah. Tugas itu pun dilewati. "Maafkan Ayah nggak bisa mengerjakaan soal itu," pasrah saya.

Berlajan seminggu, tugas semakin banyak dan semakin susah. Tidak semua pelajaran dikuasai. Malah bikin pusing kami. Ujung-ujungnya, anak yang jadi korban. Suara keras sering kali terdengar. Samar samar terdengar gerutu sang anak. "Ibu guru gak pernah marah-marah kalau jelasin pelajaran," ucapnya, pelan.

Baca juga : Stop, Pencegahan Basa-basi

Gerutu sang anak membuat kami tertegun. Ternyata, menjadi seorang guru tidak mudah. Harus pintar menguasai psikologi anak. Terutama anak yang tidak terlalu cepat menguasai pelajaran. Intinya harus sabar.

Dengan segala kesulitan dan pengorbanan dalam mendidik anak selama belajar di rumah, kami hanya bisa berharap, penyebaran virus corona bisa secepatnya diatasi oleh Pemerintah. Sehingga proses belajar mengajar bisa aktif seperti sediakala. Dan yang lebih penting, guru kembali mendidik anak-anak di sekolah.

Ahmad Lathif Rosyidi, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.