Dark/Light Mode

Stop, Pencegahan Basa-basi

Senin, 23 Maret 2020 01:01 WIB
Ngopi - Stop, Pencegahan Basa-basi
Catatan :
SISWANTO

RM.id  Rakyat Merdeka - Pandemi Corona saat ini, ingatkan saya pada kisah sejarah yang pernah terjadi. Banyak tulisan menyebut, wabah itu bernama Flu Spanyol. Terjadi tahun 1918 sampai 1920.

Saat itu, statusnya juga dinyatakan pandemi. Karena sekitar 60 persen penduduk dunia, terjangkit virus tersebut. Korbannya banyak sekali. Ada yang menyebut antara 50 juta orang. Ada juga yang menyebut lebih dari 100 juta orang. Mana yang benar, memang jadi perdebatan. Mengingat saat itu negara-negara besar juga disibukan dengan Perang Dunia I.

Namun yang ingin saya garis bawahi, apa yang terjadi kala itu hampir sama dengan hari ini. Awalnya semua menganggap penyakit ini biasa. Bahkan cenderung meremehkan.

Baca juga : Kalau di Rumah, Mana Bisa Dapat Duit

Suatu hari, penyair asal Inggris yang ikut wajib militer saat Perang Dunia I, Wilfred Edward Salter Owen menulis sebuah surat. Ditujukan pada ibunya. Selain mengabarkan soal keadaan dirinya, Owen juga memberi kabar pada sang ibu tentang kondisi tentara yang bersamanya. Owen bilang, dia khawatir banyak teman-temannya yang terserang influenza.

Curhatan Owen pada ibunya, justru menjadi bahan olok-olok banyak orang. Owen dianggap aneh, takut pada influenza yang selama ini dikenal jinak. Apalagi saat itu, Inggris lagi menghadapi Perang Dunia. Bagi rekan-rekannya, ancaman nyata itu adalah perang.

Namun dalam waktu singkat, olok-olokan itu berubah jadi kepanikan. Influenza yang disepelekan menjadi wabah yang mematikan. Hampir semua negara, tak luput dari serangan penyakit ini. Termasuk Indonesia yang kala itu masih Hindia Belanda. Ironisnya, saat itu Pemerintah Hindia Belanda juga ikut menyepelekan. Flu Spanyol dianggap sebagai penyakit kolera. Pasien yang kena, cukup diberikan candu dan obat biasa. 

Baca juga : Jangan Asal Pakai Maps

Alhasil, bukannya sembuh, jumlah korban terus bertambah. Hampir seluruh wilayah di Hindia Belanda terserang wabah ini. Bahkan penularannya, dalam dua gelombang. Kelambatan pencegahan dan pengobatan membuat korban yang meninggal sangat besar. Ada sejarawan yang mencatat kalau korban meninggal di Hindia Belanda mencapai jutaan orang. Beberapa wilayah, 20-25 persen penduduknya meninggal.

Kini, wabah yang hampir mirip juga melanda dunia, termasuk Indonesia. Meskipun beberapa ahli kesehatan menyebut, Covid-19 ini hanya virus biasa. Bukan berarti kita lantas lengah. Apalagi korban meninggal tidaklah kecil.

Di awal virus ini menyebar, kita sempat abai. Bisa dibilang menyepelekan. Sejumlah pejabat dengan bangganya, jadikan virus ini guyonan. Kala itu, Covid 19 belum masuk Indonesia. Pencegahan dilakukan ala kadarnya. Pintu-pintu masuk bagi lalu lintas orang dari luar negeri normal-normal saja. Deteksi orang hanya mengandalkan geo thermal. Petugas yang melakukan hanya karyawan biasa. Sama sekali tidak punya basic soal kesehatan. Terbukti, mereka yang datang membawa penyakit tidak bisa terdeteksi. 

Baca juga : Pasrah atau Masa Bodo?

Di tempat lain. Mulai dari kantor, pasar, mall hingga angkutan masal, pencegahan mulai dilakukan. Tapi lagi-lagi terkesan formalitas biasa. Pencegahan basa-basi. Petugas yang ditempatkan di pintu masuk, cuma karyawan biasa. Tidak ada basik soal kesehatan. Mungkin menggunakan termometer (pengkukur suhu badan) yang baik, mereka belum afdol. Lihat saja, setiap orang terdeteksi suhu tubuhnya hampir sama.

Padahal, sejumlah pakar kesehatan menyebut penyebaran Covid-19 saat ini baru permulaan. Puncaknya April hingga bulan Mei. Ribuan orang diprediksi bakal tertular penyakit ini. Menghadapi puncaknya, tentunya semua harus sigap. Tidak lagi abai, apalagi anggap remeh. Saya setuju pernyataan Jubir Presiden Fadjroel Rachman untuk sementara stop dulu kritik terhadap pemerintah. Saatnya kita bersatu. Taati himbauan pemerintah dan pemuka agama. Yang penting, pemerintah benar-benar serius menangani wabah ini.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.