Dark/Light Mode

Jangan Asal Pakai Maps

Kamis, 19 Maret 2020 01:02 WIB
Ngopi - Jangan Asal Pakai Maps
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Aplikasi Google Maps cukup membantu bagi penggunanya yang butuh petunjuk jalan. Tapi jangan asal pakai. Bisa repot sendiri.

Saya pribadi berpendapat, Maps tidak disarankan digunakan melintasi area terjal. Pengalaman saya agak mengerikan ketika memakai Maps di wilayah perbukitan. Padahal, area yang dikunjungi nggak jauh-jauh amat. Cuma ke Bandung. Saat itu, saat akan menghadiri acara pernikahan sepupu yang dilanjutkan jalan-jalan. 

Sadar diri nggak lancar mengendarai mobil, saya ajak kawan rumah. Namanya HR. Dia ahli bawa truk. Biasa melintasi berbagai medan, termasuk pegunungan.

Baca juga : Pasrah atau Masa Bodo?

Perjalanan menuju lokasi pernikahan tak perlu diceritakan. Yang menarik, sekaligus bikin jengkel, usai itu. Sebelum pulang, kamu berniat jalan-jalan dulu. Saya bersama istri, kawan dan adik berbincang menentukan tempat wisata. "Jangan yang sudah pernah. Yang belum pernah aja ya," kata saya, menyarankan.

Adik saya, MC (23) menemukan lokasi wisata yang menurutnya bagus, yaitu Rabbit Town. Standar bagus menurut dia, kalau banyak postingan foto yang diunggah warganet. "Bagus tu lokasinya buat foto-foto," cetus MC. 

Saya akui, memang postingan di media sosial cukup menarik, instagramable. Pokoknya, kece banget. Apalagi pas buka Google, ada informasi yang menyebutkan lokasi tersebut mirip Museum of Ice Cream, Los Angeles. Terbuai informasi dari internet, kami makin penasaran. Akhirnya, kami sepakat ke Rabbit Town. "Rabbit Town arah Cidadap, ya," tanya HR. "Iya nih, di Maps daerah Cidadap," jawab saya.

Baca juga : Tidak Dimakamkan di Kampung Halaman

Awalnya, kami tidak pakai Maps, karena kawan saya HR tahu arah menuju Cidadap. Dari tengah perjalanan, baru kami manfaatkan aplikasi Maps. Ketika menuju lokasi, terlihat di depan macet. Maps kemudian mengarahkan belok kiri. Di sini saya kesal dengan Maps. Kami dituntun melewati jalan yang tidak seharusnya. Menyusuri jalan sangat sempit, kecil, dan berkelok. Bagi driver, tentu ini merepotkan. Sepertinya Maps ingin menghindari macet tapi memberikan alternatif yang mengerikan. 

Kami melewati perbukitan dengan ukuran jalan sangat kecil. Tanjakan-tanjakan tajam pun kami lewati. Pemandangan sebelah kiri sawah lalu sebelah kanan jurang. Gas ditekan betul biar kuat menanjak. Dalam kondisi begini, saya spontan menyalahkan adik yang memberikan ide untuk menuju Rabbit Town. 

Bersyukur, HR lihai melewati medan yang menantang. Setelah melewati area perbukitan, sawah, dan jurang, kami diajak Maps masuk ke perkampungan. Kondisi jalannya diaspal, meski agak rusak. Jalan tetap menanjak, tapi nggak seseram sebelumnya. Saya lihat mobil jenis LCGC berhenti, kemungkinan besar tidak kuat menanjak. 

Baca juga : Antara Cuaca dan Corona

Di pemukiman ini kami lewati jalan sempit dengan tanjakan yang luar biasa curam. Di tengah tanjakan, mobil sempat mati. Nyaris mobil mundur, bagusnya langsung direm. Saya turun cari batu buat tahan biar mobil tidak mundur. 

Setelah dinyalakan, kami lanjutkan perjalanan hingga tiba di Rabbit Town. Di sana, saya disuguhi tiket yang terbilang mahal. Sebab, memang asik tempatnya. Tapi, tak seheboh informasi dari internet. Selepas pulang dari Rabbit Town, kami putuskan untuk nggak pakai Maps. Kami sadar, Maps tidak baik digunakan di area perbukitan. Kami ikuti arus jalan utama hingga kembali ke rumah.

Fajar El Pradianto, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.