Dark/Light Mode

Bersedihlah Secukupnya

Minggu, 17 Mei 2020 08:41 WIB
Ngopi - Bersedihlah Secukupnya
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Ramadhan tahun ini terbilang berat. Ada pagebluk Corona yang membuat siklus kehidupan tidak biasa. Sedih. Ada yang tidak bisa pulang kampung. Ada yang upahnya dipangkas, tidak berpenghasilan. Ada pula yang terus berjuang demi pulihnya kesehatan, di rumah sakit.

Semua merasakan. Hanya berbeda-beda saja jenis dan takaran kesedihannya. Tapi di penghujung Ramadhan ini saya rasa kesedihannya pun sama. Lebaran. Siklus tahunan ini di mana- mana semarak. Biasanya dibumbui rendang, opor ayam, hingga baju baru. Paling tidak untuk anak-anak.

Nah, bagi mereka yang belum bisa memenuhi kebiasaan Lebaran sebelumnya pasti bersedih. Selain perjuangan iman, cuan pun sulit didapatkan. Kering. Tidak gesit lagi karena ada wabah. Sementara Lebaran tinggal sepekan. Ibarat perang, saatnya menyerah. Menyerah bukan kalah. Tetapi istirahat sejenak. Rehat. Biasanya, di saat seperti ini kita semakin dekat dengan Tuhan.

Baca juga : Persetan Corona

Sedih memang, apalagi tanpa cuan. Sementara selain untuk Lebaran pun kewajiban keuangan harus dibayar. Misalnya, kontrakan atau hutang. Di tulisan ini saya tidak bisa membantu kemaraunya kantong kalian. Karena saya pun memutuskan untuk rehat dulu untuk bergesit ria. Setidaknya selepas Lebaran.

Saya tidak terlalu agamis, tapi saya tahu saat ini masih Ramadhan. Bulan yang mulia. Masih tersisa setidaknya tujuh hari lagi. Sepekan. Masih ada kesempatan untuk beritual. di rumah. Pun jika Lebaran ini di rasa sedih. Sedih tidak bersama keluarga di kampung, ditinggal yang tersayang, perpisahan, termasuk tak banyak cuan. Campur aduk.

Saya kasih tips, disaat begini jangan mengeluh kepada manusia, pasti marah. Karena serasa. Bersedihlah kepada Tuhan, apa saja caranya, bebas. Bisa menggelar sajadah hingga bercurah air mata, atau bersedekah.

Baca juga : Pengusaha: Stok Beras Lebih Dari Cukup

Bersedekah membuat batin menjadi plong. Jangan dilihat besarannya. Ini relatif. Biar Rp 100 ribu, bagi yang bercuan sedikit pergolakan hati pasti ada. Tapi cobalah ikhlas, batin pasti plong.

Urusan batin memang berat. Saya merasakannya. Lebainya seperti tertusuk sembilu. Perih. Sakit. Lebaran ini saya lalui tanpa istri. Ibu dari dua putra saya. Ada maupun tiada pagebluk, istri saya pasti tidak di rumah. Tuhan mengambilnya Juli tahun lalu. Kanker. Saya pun bersedih. Keras bersedih. Tetapi mulai ikhlas. Yang hidup harus tetap hidup. Semua ada ujiannya masing-masing.

Nah di saat rehat ini, terlihat banyak sekali yang bersedih. Sedih ditinggal terkasih karena wabah, tak bisa pulang, sedih tidak punya uang, di-PHK dan beragam kesedihan lainnya. Di saat bersedih begini, cobalah ingat Tuhan. Insya Allah ada jalan. Dalam Islam pun diajarkan untuk bersedih secukupnya. Kalau bisa, ya jangan bersedih. ada ayatnya. “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita,” (QS At-Taubah: 40). So, bersedihlah secukupnya ya.. ***

Baca juga : Bekerja Lebih Lama Picu Kebotakan

BOY SAKTI HAPSORO, Reporter Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.