Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Jagoan tali kama. Begitu dulu teman-teman sebaya memberi julukan pada saya. Soalnya, saya dianggap 'ahlinya ahli' memasang tali penghubung antara layang-layang dengan gulungan benang. Teman-teman yang mau menerbangkan layang-layang, pasti langsung meminta membuatkan tali kama ke saya.
Sekarang, di tempat saya tinggal, sedang musim layang-layang. Yang main, kebanyakan bocah belasan tahun. Meski ada juga beberapa pemuda yang memainkannya. Bahkan bapak-bapak. Saya? Nggak. Atau mungkin belum.
Pemandangan yang unik, menurut saya. Saya ingat-ingat, sudah lebih dari 10 tahun sejak terakhir kali saya lihat ada layangan dimainkan di lingkungan saya tinggal. Nggak tahu kenapa. Mungkin 10 tahun ini tetangga, dan tentunya saya, lebih sibuk main gadget. Atau nongkrong di warnet.
Baca juga : Main Badminton Lagi
Gara-gara musim layangan, kenangan lama muncul lagi. Mulai ingat-ingat istilah saat main. Tali kama, manteng, ngadu, uluran, tarikan, singit, tewal, bandangan, nyoko, bandring, kenur, gelasan, cap TW, layangan koang, dan lain-lain. Saya yakin, yang nggak suka main layangan, pasti asing dengan istilah itu.
Paling seru, kalau lagi 'nyoko'. Saat mengejar layangan yang putus. Harga layangannya nggak seberapa. Plus risikonya besar. Bahkan, kadang sampai tak menghiraukan arus lalu lintas di jalan. Tapi, entah kenapa, ada rasa bangga. Bisa mengalahkan yang lain. Dan mendapat layangan tanpa beli. Atau malah bisa dapat duit. Dari jual layangan hasil 'nyoko'.
Tapi, sekarang ini, main layangan nggak senikmat dulu. Saat saya masih 'aktif', tanah kosong masih banyak. Saya dan teman sebaya bebas pilih main di mana saja. Tapi sekarang, susah. Anak-anak main di pinggir jalan. Atau di gang. Buat yang main sih nggak masalah. Tapi buat pengguna jalan, bikin repot.
Baca juga : Digoda Tawaran Pinjaman Bank
Yang bikin saya heran, kenapa baru sekarang ini layangan dimainkan lagi. Saat orang-orang diminta tetap di rumah. Kenapa nggak setahun atau dua tahun lalu? Tapi, akhirnya pertanyaan saya, saya jawab sendiri. "Mungkin bosan kelamaan di rumah," bisik saya dalam hati.
Tapi, ada baiknya juga sih. Permainan tradisional jadi nggak hilang. Saya berharap, setelah musim layangan ada musim kelereng, musim kartu gambar, kuartet, atau bahkan boneka kertas. Setelah situasi lebih baik tentunya.
Paul Yoanda, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.