Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Sejak ramai wabah corona, kalangan pecinta kucing juga ikutan pusing. Banyak warung dan tempat makan yang tutup. Akibatnya, kucing liar jadi sulit mendapatkan makanan. Belum lagi banyak orang membuang kucing lantaran nggak sanggup memelihara karena pendapatannya seret.
Mau gak mau kegiatan memberi makan di jalan atau streetfeeding kucing liar harus ditempuh. Komunitas, grup, dan akun medsos pecinta kucing bikin imbauan, open donasi dan bagi-bagi tugas buat streetfeeding.
Ada tempat yang makanan kucingnya tinggal di-drop, ada juga yang harus keliling nyariin dulu kucingnya satu-satu. Berhubung kegiatan streetfeeding kebanyakan dilakukan sesempatnya, banyak juga kucing liar yang mati.
Akan tetapi, tantangan terbesar dari kegiatan ini adalah orang yang menganggap ngasih makan kucing liar itu nggak ada manfaatnya. Mau ngasih makan kucing liar saja harus berhadapan dengan orang-orang sinis yang omongannya nyebelin.
Baca juga : Gado-gado New Normal
“Kucingnya kan bisa nyari makan sendiri.”
“Kalau dikasih makan ntar kucingnya jadi tambah banyak.”
“Itu makanan kucing mahal kan, mending duitnya kasih anak yatim.”
“Orang pada banyak yang susah kok kucing yang dikasih makan.”
Baca juga : Handphone Disita Gara-gara Drakor
Kalau sudah terbiasa melakukan streetfeeding, omongan seperti itu dianggap lumrah. Tapi, di saat wabah corona, omongan begituan bisa bikin amarah. Seolah yang ngasih makan kucing liar itu sudah nggak peduli sama korban wabah dan dampak corona.
Sebenarnya, saya dan istri sering streetfeeding kalau ada stok makanan kucing. Berhubung situasi ekonomi juga lagi sulit, maka saya streetfeeding-nya cuma sekali-sekali. Belakangan ada yang minta bantuan buat streetfeeding di warung dekat kampus yang lagi pada tutup. Akhirnya, saya usahakan streetfeeding malam atau pagi-pagi.
Waktu bulan Ramadan lalu, saya streetfeeding jam 9 malam. Jalanan udah sepi tapi banyak orang-orang bawa gerobak sampah, pemulung dan pengemis yang nongkrong di pinggir jalan. Entah asli atau dibuat-buat, mereka yang berpenampilan kumal itu berharap dapat rezeki, baik uang atau makanan, dari pengendara yang lewat.
Saat saya turun dari motor bawa bungkusan makanan kucing, orang-orang tadi lansung menatap penuh harap. Lalu mereka kayaknya kecewa lantaran saya hanya ngasih makan ke beberapa kucing liar yang ada di situ. Buru-buru saya kasih makan kucing dan pergi.
Baca juga : Harus Bobol Apa Lagi
Besoknya, besoknya lagi, sampai berhari-hari juga begitu. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), begitulah istilahnya, yang ada di sana berharap dapat duit atau makanan tapi nggak dapat. Sementara saya juga nggak punya duit atau makanan buat dibagi ke mereka.
Rasanya risih, kita ngasih makan kucing tapi ditontonin sama orang-orang yang kelaparan. Tapi, inilah realitanya, ada yang bisa melakukan hal kecil tapi tidak bisa melakukan hal besar. Dan ada juga yang bisa melakukan hal besar tapi tidak bisa melakukan hal kecil.
Belakangan kucing-kucing liar yang saya kasih makan jumlahnya berkurang. Ada yang mati kaku sampai dilarerin, ada yang hilang tanpa jejak. Sementara orang-orang berpenampilan kumal yang duduk di pinggir jalan mengharapkan duit atau makanan dari orang lain, jumlahnya bertambah.
Ospi Darma, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.