Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) selama pandemi corona betul-betul menghentikan seluruh aktivitas sehari-hari, termasuk olahraga. Sebelumnya, dalam seminggu, saya dua kali membakar lemak tubuh dengan bermain badminton. Mainnya di gedung tertutup yang cukup banyak tersedia di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) dan Bojongsari, Depok. Biasanya 3 jam lamanya bermain dengan teman-teman yang masih satu kompleks rumah.
Namun sejak awal April, rutinitas mingguan itu tiba-tiba berhenti total. Pandemi corona penyebabnya. Seluruh aktivitas yang mengumpulkan orang dalam jumlah banyak di larang pemerintah. Apalagi, lapangan Badminton yang biasanya didatangi banyak orang. Terlebih di malam hari jumlahnya bisa ratusan orang dengan 7 lapangan yang tersedia.
Dengan sedikit menggerutu, teman saya mengeluhkan penutupan gedung badminton selama masa PSBB diberlakukan. “Bisa bengkak nih badan kalau berbulan-bulan nggak main badminton,” gerutu Rama, salah satu tetangga yang mempunyai badan paling subur diantara yang lain.
Baca juga : Digoda Tawaran Pinjaman Bank
Pertengahan Juni situasinya sedikit berubah. Pemerintah melonggarkan aktivitas warga, kendati pandemi corona belum mereda sepenuhnya. Lapangan badminton yang sebelum ditutup, akhirnya dibuka kembali. Khususnya yang berada di kawasan Pamulang dan Bojongsari. Nggak tahu yang berada di Jakarta.
Akhirnya pekan lalu, seluruh teman saya bersiap-siap bermain badminton. Lebih dari 10 orang yang ikut pertandingan perdana itu. Kebetulan tempatnya tak jauh dari Universitas Pamulang (Unpam). Selama lebih dari 4 jam kami bermain dengan penuh semangat tanpa mengenal lelah. Mengeluarkan lemak tubuh yang sudah dua bulan mengendap. Badan pun bengkak.
Menariknya, ada salah satu teman yang berasal dari Kelapa Gading, Jakarta Utara yang tiba tiba ingin ikut. Dia jauh jauh datang ke Pamulang hanya untuk bermain badminton. Maklum, lapangan badminton di sekitar ibukota belum pada buka. Seperti diketahui pelaksanaan PSBB cenderung lebih ketat dibanding daerah lain. “Banyak pemilik gedung yang masih takut membuka lapangan badminton,” kata Jaul, warga Kelapa Gading.
Jaul bermain dengan penuh semangat. Soalnya hampir 2 bulan juga vakum. Buliran keringat mengalir dengan derasnya. Berkali-kali ia harus mengganti kaosnya karena basah kuyup. Memang gak nyaman main badminton dengan kondisi kaos terlalu basah.
Namun sayang, tenaga Jaul tidak sekuat dulu. Baru main enam kali tenaganya sudah habis. Beda sama dulu, 10 kali main tetap enak-enak saja. “Maklum sudah tiga bulan off jadi badan mudah dropp,” kilah dia.
Bagaimana dengan kondisi fisik saya? Ternyata sama saja dengan Jaul. Tak bisa main terlalu lama seperti dulu. Maklum sudah dua bulan off juga. Hanya kuat enam kali permainan. Beda dengan sebelumnya bisa sampai 10 kali main.
Baca juga : Langitnya Biru, Jakarta Serasa di Pantai
Setelah membakar lemak selama 4 jam, perut terasa lapar. Saya bersama teman-teman sepakat mengisi energi yang hilang. Kami mencari nasi uduk terdekat dengan rumah. Makanan dan gorengan begitu menggiurkan mata. Masih fresh dari wajan penggorengan. Tak terasa sepiring nasi penuh dilahap habis. Tidak tersisa sedikitpun.
Belum cukup, secangkir kopi susu menemani badan yang masih lelah. Setelah setengah jam beristirahat di warung, akhirnya kami semua sepakat pulang ke rumah. Maklum jam telah menunjukkan pukul 12 malam. Waktunya beristirahat. Sebelum pulang, teman nyeletuk menyindir saya. “Pantesan gak kurus-kurus kamu, habis main badminton makan nasi uduk,” sindir teman saya disambut tawa meriah teman yang lain.
Ahmad Lathif Rosyidi, Wartawan Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.