Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Pertengahan Januari 2019, dua anak saya, Adya Aqeela Kaffa dan Alaric Abdillah Kaffa, sakit. Adya, sekarang umur 9 tahun, dapat urutan sakit pertama. Kemudian disusul adiknya, Alaric. Usianya 4 tahun.
Mulanya, suhu badan Adya panas. Hari pertama saya anggap panas biasa saja. Sampai hari keempat, panasnya tidak turun juga. Usaha memberikan obat rumahan sudah dilakukan.
Tapi, tak juga turun panasnya. Hari kelima, putri kedua saya ini, dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, Jakarta Timur. Bundanya yang bawa. Adya langsung dibawa ke IGD (Instalasi Gawat Darurat). Hasil pemeriksaan darah, positif DBD (Demam Berdarah Dengeu).
Akhirnya, Adya dirawat di rumah sakit milik Pemprov DKI Jakarta itu. Sebelum akhirnya Adya dilarikan ke rumah sakit, suhu tubuh Alaric juga panas. Si ganteng ini sempat diperiksa di Puskesmas Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Hasil pemeriksaan dokter, cuma panas biasa.
Baca juga : Dituntut 5 Tahun Penjara, Idrus Keberatan
Kami pun tak risau. Sementara Adya sudah satu hari dirawat di RSUD Pasar Rebo. Alaric tak kunjung turun panasnya. Bahkan, di kedua lengannya dan sebagian badannya muncul merah-merah. Agak samar.
Mamahnya, panggilan untuk Uwanya, yang merawat Alaric selama Bundanya menjaga Adya, panik. Mamahnya telepon saya. Jelang Magrib, Alaric pun kami bawa ke rumah sakit yang sama, ke IGD.
Hasilnya negatif. Alaric tidak terkena DBD. Cuma panas biasa. Akhirnya, Alaric pulang ke rumah bersama mamah dan papahnya. Dan saya ke kantor. Harus kerja.
Sepulang kerja, dini hari, saya mampir ke rumah sakit, ikut jagain Adya bersama-sama istri saya. Begitu sampai 10 hari, hingga akhirnya dinyatakan pulih dan boleh pulang oleh pihak rumah sakit.
Baca juga : Sawit Terus Diganggu Eropa, Kesabaran Luhut Habis
Sebelum meninggalkan rumah sakit, saya harus mengurus surat-surat ke bagian administrasi RSUD Pasar Rebo. Setelah semua surat diverifikasi, saya dapat surat, bahwa pasien Adya boleh pulang.
Termasuk dua surat kontrol; satu surat kontrol untuk RSUD. Dan satu surat lagi untuk dikembalikan ke Faskes (Puskesmas/Klinik) tingkat I.
Untuk biaya Adya, mulai masuk, selama dirawat dan meninggalkan RSUD Pasar Rebo, gratis. Kecuali parkiran. Tetap bayar. Saya menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.
Tak sama dengan Alaric. Meski cuma diperiksa darah ketika masuk IGD, bayar Rp 98.000. Alaric juga sama, menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Saya cuma bisa menerka, mungkin karena BPJS saya tercatat di Kota Bekasi, dengan Faskes Tingkat I Klinik di Kota Bekasi. Sementara, saya tinggal dan menetap di Jakarta.
Baca juga : Setoran Ke Ormas Bikin Lebih Nyaman
Edisi ngopi sebelum ini, saya juga menulis tentang dilema pendidikan. Dilema Warga Negara Indonesia, ber-KTP Kota Bekasi, dan tinggal di DKI Jakarta. **
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.