Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pilah-pilih Sekolah

Kamis, 31 Desember 2020 05:57 WIB
Ngopi - Pilah-pilih Sekolah
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Selama pandemi, beban hidup terasa makin berat. Kita harus pintar-pintar mengatur keuangan agar tidak kedodoran. Termasuk untuk urusan sekolah anak.

Sebagai orang tua, tentu kita mengharapkan anak bisa belajar di sekolah yang bagus. Namun, biaya sekolah tentu juga jadi faktor utama yang jadi pertimbangan.

Itu juga yang sedang saya pikirkan bersama istri. Tahun depan, kedua anak kami akan masuk ke jenjang Sekolah Dasar (SD). Sejak awal Desember ini, saya dan istri mulai sibuk mencari-cari calon sekolah untuk anak kami. Tentunya dengan pertimbangan yang tertulis di atas.

Baca juga : Panik Tetangga Kena Corona

Sejauh ini, sudah ada 3 sekolah yang kami datangi. Namun, belum juga ada yang sreg di hati. Selain minimnya mata pelajaran agama, biayanya juga terlalu besar. Minimal Rp 12 juta untuk setiap anak, bahkan ada yang mencapai puluhan juta.

Selain soal biaya yang fantastis, kami masih takut kalau sekolah mahal bisa memberikan dampak buruk bagi psikologi anak. Misalnya yang banyak dikeluhkan orang tentang social pressure.

Berbagai informasi saya dapatkan. Misalnya, ada keluhan soal anak yang menuntut orang tuanya untuk memakai handphone teranyar. Atau ada juga anak yang rela mogok sekolah karena merk sepatunya diledek temannya.

Baca juga : Meriang Atau Kena Covid-19

Budi (34) misalnya, kawan saya yang kebetulan juga orang tua murid di salah satu sekolah yang sempat saya kunjungi. Begitu saya tanya tentang sekolah itu, Budi malah menghela nafas. Bahkan dia menyarankan agar anak saya tidak usah disekolahkan di sana.

“Kenapa?” tanya saya heran. Kata dia, sekolah tersebut bukan hanya mahal di iuran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) per bulannya saja, tapi juga gaya hidup. Lelaki yang berprofesi sebagai penjual mainan dan peralatan sekolah di kawasan Rempoa, Tangerang Selatan itu mengaku kewalahan dengan gaya hidup anak-anak di sekolah tersebut.

Salah satunya, dia harus menyiapkan kado untuk acara ulang tahun teman anaknya. Dan kado yang dibeli seolah dituntut mesti bagus dan mahal. Satu kado, kisaran Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. Sekelas ada 20 anak.

Baca juga : Kejar Narsum Antara Jakarta Dan Karawang

“Apakah dalam setahun saya harus keluarin budget minimal Rp 10 juta untuk beli kado doang? Kado buat anak orang pula. Nggak mungkin dong kita kasih mereka kado murah kalau pas anak kita ultah dia ngasihnya kado mahal?” keluhnya yang mengaku tahu persis harga-harga mainan.

Mendengar cerita Budi, sepertinya saya mengurungkan niat untuk menyekolahkan kedua anak saya di sana. Saya dan istri mulai mencari lagi sekolah lainnya. Sebab, bukan hanya sistem pendidikan yang bagus, lingkungan anak di sekolah juga harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada mentalnya. [Shahih Qardavi/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.