Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Mogok Di Hutan Sawit

Selasa, 22 Desember 2020 05:32 WIB
Ngopi - Mogok Di Hutan Sawit
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Kejadian ini sudah 11 tahun lalu. Persis di 1 Januari 2010. Tapi, saya nggak bisa lupa. Apalagi, di waktu-waktu seperti ini. Ketika saya dan keluarga biasanya mudik ke kampung halaman, di Sumatera Utara.

Ceritanya begini. Sekitar pekan kedua Desember 2009, saya dan keluarga mudik ke Kota Pematang Siantar. Memakai kendaraan pribadi. Mobil merk Jepang keluaran 1992. Lumayan berumur. Sering disebut sebagai mobil keluarga. Karena bisa memuat banyak penumpang.

Awalnya, perjalanan semua aman-aman saja. Dari Jakarta hingga ke tujuan, semuanya normal. Tak ada gangguan sedikit pun pada mobil saya. Walau waktunya sedikit lebih lama dari target yang kami tetapkan. Karena bawa beberapa keponakan yang waktu itu masih kecil, jadi harus sering berhenti.

Baca juga : Diserang Babi Hutan

Sekitar dua pekan berada di Sumatera Utara, mobil masih bersahabat. Meski saat itu saya dan keluarga banyak harus pindah-pindah kota, dengan jalanan yang konturnya menantang. Khas jalanan di wilayah pegunungan.

Sebelum akhir tahun, kami memutuskan pulang dari Siantar. Tapi, nggak langsung ke Jakarta. Kami mampir dulu ke rumah Bapatua (paman/kakak laki-laki ayah saya), di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Riau. Di sana, kami merayakan Tahun Baru.

Sampai Kandis, semua masih berjalan normal. Tak ada kendala di mobil saya. Meski harus mengangkut tambahan penumpang dan barang. “Keren juga nih si Meera,” kata saya dalam hati. Yap, kami menamai mobil itu Meera. Plesetan dari merah. Warna mobil itu.

Baca juga : Isolasi Mandiri 2 Bulan

Pagi-pagi di 1 Januari 2010, saya dan ibu memutuskan pergi ke Pekanbaru. Ke rumah Tulang (kakak laki-laki ibu). Dari sinilah “kerjaannya” dimulai. Si Meera mulai rewel. Si Meera kemudian mogok di tengah hutan sawit, di jalanan berbatu, yang rumah penduduk paling dekat jaraknya sekitar setengah jam perjalanan. Mogok parah, hingga tak bisa saya tangani sendiri.

Sebelumnya, mendiang ayah saya mengajarkan, kalau si Meera rewel, solusinya gampang. Karena mobil lama, teknologinya tak serumit sekarang. “Kalau rewel, periksa koil, busi, karburator, atau saringan bensin. Beres,” pesan ayah saya.

Semua itu sudah saya lakukan. Ketika belum sampai satu jam si Meera mogok. Namun, tidak berhasil. Beruntung, saat itu ada mobil warga melintas. Di Meera pun diderek hingga ke daerah yang lebih ramai. Mobil itu tidak sempat mengantarkan ke bengkel, karena sedang mengejar waktu.

Baca juga : Kangen Nonton Timnas Di Stadion

Selanjutnya, keanehan terjadi lagi. Karena tak juga menemukan bengkel, saya coba lagi ilmu yang diajarkan ayah. Ternyata, saat itu bisa. Si Meera hidup lagi. Sayang, tak sampai 5 kilometer, ngadat lagi. Begitu terus hingga tiga kali. Akhirnya ada orang baik lagi yang menderek sampai bengkel.

Hasil pengecekan di bengkel, ternyata saringan bensin harus diganti. Karena bensin dalam tangki nggak bagus. Akhirnya, bensin mobil dibiarkan sampai habis. Supaya bisa diisi lagi dengan yang lebih baik. “Mungkin bensinnya jelek, makanya pas Abang bersihin saringannya, tetap mogok,” jelas mekanik bengkel pada saya.

Akhirnya, saya dan ibu tiba di Pekanbaru menjelang malam. Padahal, biasanya perjalanan paling lama tiga jam. Sampai sekarang saya masih bersyukur. Nggak mogok di hutan sawit pas malam hari. Apalagi, setelah dengar cerita kakak sepupu saya dirampok di tempat yang sama dengan mobil saya mogok sekitar 2015. [Paul Yoanda/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.