Dark/Light Mode

Mahalnya Harga Buku

Kamis, 11 Februari 2021 06:45 WIB
Ngopi - Mahalnya Harga Buku
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Jika tidak mau terperangkap dalam kemiskinan dan kebodohan, maka kita harus terus menambah pengetahuan dan keahlian. Begitulah pesan ayah saya. Pesan itu 100 persen benar dan terjadi. Menambah pengetahuan itu salah satunya lewat membaca.

Lantaran nggak punya uang banyak, saya nggak mampu membeli banyak buku. Jadi kalau mau membaca saya pergi ke perpustakaan, ke tempat teman, atau ke toko buku. Kalau ke perpustakaan, kita harus daftar jadi anggota dulu dan mengisi daftar pengunjung. Gampangkan. Tapi, di perpustakaan umum biasanya bukunya terbatas dan nggak update.

Kalau membaca ke tempat teman, syukur-syukur bukunya boleh dipinjam. Pernah saat buku Da Vinci Code baru dirilis dalam bahasa Indonesia, saya sampai menginap semalam di kosan teman hanya buat membacanya sampai selesai. Soalnya, kalau dipinjam nggak bakal dikasih.

Baca juga : Butuh Suntikan Vaksin Ekonomi

Cara terakhir buat membaca buku-buku terbaru adalah pergi ke toko buku, bisa juga pameran atau bazaar buku. Kadang kesana pun saya tidak punya niat untuk membeli karena uangnya tidak cukup.

Dengan modal penampilan rapi, kuat berdiri lama-lama, dan terlatih membaca cepat, aksi tersebut berjalan lancar. Hal serupa juga dilakukan teman-teman saya yang juga bokek tapi masih punya minat baca.

Beberapa tahun belakangan toko buku mulai sepi pengunjung. Di saat bersamaan harga buku juga pada naik. Saya jadi gak nyaman membaca di toko buku lebih dari satu jam. Saking sepinya pengunjung, saya tampak seperti maniak baca yang cuma datang terus buat membaca gratis. Makanya suka diawasin pegawai tokonya.

Baca juga : Anak Suka Lihat TikTok

Buku-buku baru terus diterbitkan dan dipajang di toko, tapi jarang-jarang ada yang beli. Saya cek satu persatu harganya. Jika tahun 2000-an awal harga buku bertemakan sosial, politik, dan budaya sekitar Rp 20 ribuan hingga Rp 40 ribuan, kini harganya bisa Rp 80 ribuan hingga Rp 100 ribuan.

Bahaya kalau buku sudah jadi barang mahal. Kalau masyarakat sudah nggak baca buku, sekarang mereka baca apa dong? Apa cuma pesan WhatsApp yang banyak hoaks-nya?

Beberapa hari jelang tahun baru kemarin, saya datang ke toko buku yang lumayan terkenal. Di basement toko itu masih berlansung sale akhir tahun. Di pojok paling belakang, ada buku biografi seorang arsitek ternama di Indonesia lagi diskon besar-besaran. Harga aslinya Rp 950 ribu, setelah didiskon harganya sekitar Rp 300 ribu.

Baca juga : Rakyat Myanmar Acungkan 3 Jari

Lah siapa yang mau beli buku dengan harga segitu di tengah pandemi? Saya lempar pertanyaan tersebut ke grup teman-teman satu kuliahan dulu. Mirisnya ada yang membalas begini “Masih zaman ya membaca buku? Anak sekarang lebih butuh beli kuota internet ketimbang beli buku,”. Begitulah masyarakat sekarang, jangan kaget bila pengetahuan itu bakal jadi barang mahal. [Ospi Darma/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.