Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dua Kali Beberes Meja Kerja Kantor

Senin, 1 Februari 2021 05:11 WIB
Ngopi - Dua Kali Beberes Meja Kerja Kantor
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah dua kali saya membereskan barang-barang sahabat dari meja kerjanya. Ya, benar, dua kali dalam waktu hitungan bulan. Pertama, barang-barang almarhum kepala redaktur eksekutif koran ini, Mas Kristanto (Mas Kris), yang wafat Agustus tahun lalu. Waktu itu, karena jumlahnya tak sedikit, saya dibantu kawan membereskan dan mengantar barang almarhum ke rumahnya, saat tahlilan hari ke-7.

Kawan yang membantu membawa gitar dan buku-buku Mas Kris adalah senior sekaligus redaktur eksekutif, Mas Sugihono (Mas Ono). Awal Januari, giliran barang-barangnya Mas Ono yang saya antarkan ke rumah keluarganya, usai Mas Ono menyusul Mas Kris menghadap Ilahi.

Sewaktu membersihkan meja Mas Ono, saya sendirian. Hanya ada beberapa orang di lantai 8 Gedung Graha Pena. Rasanya campur aduk. Ini dua kali saya membersihkan meja kantor sahabat. Dua kali pula membawa kenangan untuk diantar ke rumah keluarga mereka.

Baca juga : Musim Hujan, Musim DB

"Ya Allah Gusti. Dua kali bersih-bersih meja begini. Please jangan beri saya tugas lagi membersihkan meja kawan-kawan yang lain. Wisssss (sudah) Gusti," teriak saya saat itu, didengar satu-dua orang yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.

Salah satunya, seorang senior yang juga dekat dengan almarhum Mas Ono, menimpali teriakan saya dengan teriakan. "Ayo Son, mudun. Ngopi neng ngingsor (Ayo Sob, turun. Kita ngopi di bawah)!" Ia berteriak dengan nada mengajak. Seolah Mas Ono masih duduk nonton ILC atau streaming wayang kulit yang amat digemarinya.

Kami berdua pun turun ke basement. Duduk menyandar ke tembok. Menatap ke atas langit-langit. Melamun bersama tanpa saling bicara.

Baca juga : Teriakan Istri Ditinggal Suami Karena Corona

Bagi yang pernah nonton serial Band of Brothers, saya merasa seperti Lynn "Buck" Compton yang kehilangan moral bertempur usai dua sahabat dekatnya, Joe Toye dan William Guarnere, wafat di hutan Bagstone. Hampir satu bulan, dan hingga tulisan ini terbit, rasa kehilangan itu masih membekas.

Apalagi yang terakhir ini, Mas Ono, dua tiga pekan sebelum menghadap Tuhan, dia menceritakan pengalaman spiritualnya kepada satu dua orang kawannya di kantor. Salah satunya saya. Waktu itu, saya tak merasa ada yang janggal dari ceritanya.

Belakangan setelah tiada, kami yang pernah dicurhati pengalaman spiritualnya itu, meyakini itu petanda. Pertandanya amat baik. Dia dibangunkan dua kali oleh suara yang katanya amat memekakkan telinga. Suara itu menyebut nama "Tajul Arifin", sebutan untuk sosok yang sudah sangat alim dan dekat dengan Tuhan di dunia tarekat.

Baca juga : Musim Hujan Bikin Keki

Bukan Prabowo, Anies, Ahok, bukan pula Jokowi. Alangkah suksesnya orang-orang yang jelang akhir hayatnya didekati dan dipanggil-panggil Kekasih-Nya. Minimal diperdengarkan nama-nama kekasih dari Kekasih-Nya. Karenanya, janganlah terlalu berlebihan memuja tokoh artifisial yang timbul tenggelam lima tahunan. [Faqih Mubarok/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.