Dark/Light Mode

Rachmat Gobel: Ekonomi Boleh Aman, Tapi Ketahanan Pangan Jangan Dilupakan

Senin, 18 Juli 2022 17:04 WIB
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel mendukung pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, tentang ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak ekonomi global, akibat pandemi Covid19 dan konflik Rusia-Ukraina.

“Tapi dalam jangka menengah dan panjang, kita harus waspada terhadap masalah pangan kita. Juga efisiensi anggaran, serta efektivitas dan penguatan koordinasi antar lembaga dan kementerian,” kata Gobel, Senin (18/7).

Pada pekan lalu, Menkeu memberikan keterangan tentang kondisi ekonomi Indonesia, dengan fakta-fakta yang optimistik. Hal itu menjawab kegelisahan publik akibat krisis ekonomi yang berujung pada krisis politik di Sri Lanka.

Pemberitaan sebelumnya juga menunjukkan adanya negara-negara yang berpotensi terkena resesi.

Baca juga : Kementan Pastikan Ketahanan Pangan Kawasan Pulau Buton Aman Dan Bebas PMK

Pandemi Covid-19 yang disusul konflik Rusia-Ukraina serta iklim kemarau basah, juga mengakibatkan melejitnya harga-harga pangan dan energi. Bahkan, harga sayuran pun ikut melejit.

“Secara fiskal, Indonesia cukup aman karena tertolong oleh berkah naiknya harga batubara dan harga CPO. Hal ini mengkompensasi kenaikan harga BBM," jelas Gobel.

"Secara moneter, Indonesia juga cukup aman karena inflasi masih cukup terkendali. Hal-hal inilah yang membedakan Indonesia dari negara-negara lain, apalagi Sri Lanka,” imbuhnya.

Hal itu juga menunjukkan keberhasilan kinerja pemerintahan Presiden Jokowi. Serta sinergi yang baik antara pemerintah dengan parlemen.

Baca juga : Di Sini Masih Aman, Tetap Waspada Dan Jangan Terlena

Namun, Gobel mengingatkan, saat ini masyarakat tetap terbebani oleh kenaikan harga BBM dan harga komoditas pangan.

“Dalam situasi ini, kita juga bersyukur, ketersediaan beras dan harga beras masih tercukupi oleh petani kita. Harganya pun masih terkendali. Inilah yang menjadi pengaman sesungguhnya,” imbuhnya.

Tapi faktanya, harga cabe, tomat, sayur-mayur, daging, telur, minyak goreng, dan susu sudah melejit. Karena panen yang terganggu oleh kemarau yang basah, serta karena kondisi global.

"Climate change ini akan terus mengganggu di masa depan. Jadi, perlu inovasi dalam bercocok tanam serta gotong-royong masyarakat untuk memenuhi kebutuhan daging, telur, cabe, tomat, dan sayur-sayuran lainnya,” papar Gobel.

Baca juga : Terobosan Pemerintah Perbaiki Tata Kelola Pupuk Subsidi Demi Ketahanan Pangan Nasional

Tentang pangan ini, Gobel mengajak pemerintah dan seluruh masyarakat untuk menguatkan sejumlah komoditi, yang masih bisa dipenuhi dari dalam negeri jika diupayakan secara sungguh-sungguh. Misalnya daging, susu, dan kacang kedelai.

"Untuk kacang kedelai, Indonesia pernah mandiri di masa lalu. Namun, karena salah kebijakan dan tidak adanya perlindungan, Indonesia kini tergantung pada impor," jelas Gobel.

Data 2021 menyebutkan, produksi dalam negeri kedelai hanya 213.548 ton. Sedangkan impornya, mencapai 2.489.690 ton. Jadi, 95 persen impor.

"Padahal, pada 2016, petani kita masih mampu menyediakan 1.391.300 ton. Tapi kemudian, menurun terus,” cetus Gobel.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.