Dark/Light Mode

Rachmat Gobel: Ekonomi Boleh Aman, Tapi Ketahanan Pangan Jangan Dilupakan

Senin, 18 Juli 2022 17:04 WIB
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Kondisi ketergantungan terhadap impor juga terjadi pada daging dan susu/mentega/telur.

“Pada 2017 impor susu, mentega, dan telur mencapai 990 juta dollar AS. Tapi pada 2021, naik menjadi 1,394 miliar dolar AS. Sedangkan impor daging pada 2017, ada di angka 590 juta dolar AS. Namun pada 2021, menjadi 965 juta dolar AS,” beber Gobel.

Untuk produk-produk pangan ini, sebetulnya Indonesia masih bisa mengusahakan untuk memenuhinya dari dalam negeri.

“Yang dibutuhkan adalah kesungguhan, perlindungan, dan koordinasi. Jadi bebannya  bukan hanya ke Kementerian Pertanian saja, tapi juga melibatkan kementerian dan lembaga lain,” terang Gobel.

Menurutnya, kondisi terparah ada pada impor gandum. Pada 2017, nilainya 2,927 miliar dolar AS. Namun pada 2021, sudah melonjak ke 4,074 miliar dolar AS.

Baca juga : Kementan Pastikan Ketahanan Pangan Kawasan Pulau Buton Aman Dan Bebas PMK

Khusus untuk gandum, Gobel mengatakan, tanah Indonesia memang tidak cocok untuk tanaman gandum.

Namun, kita tetap harus melakukan diversifikasi. Kita punya tepung sagu, tepung singkong, tepung jagung, tepung talas, dan lain-lain.

"Jadi, yang diperlukan adalah gerakan nasional mengurangi ketergantungan pangan yang berbahan gandum,” tutur Gobel.

Sebagai contoh, di Kabupaten Meranti, Riau, ada mi dari bahan sagu.

“Rasanya enak. Jadi, saatnya kita beralih seperti Vietnam, yang membuat mi dari beras. Serta Jepang, yang membuat mi dari soba,” ujar Gobel.

Baca juga : Di Sini Masih Aman, Tetap Waspada Dan Jangan Terlena

Demikian juga untuk kue-kue. Sudah saatnya mengandalkan tepung yang berbahan lokal. Hal seperti ini, menurutnya, harus menjadi gerakan nasional.

 “Saya sangat peduli soal pangan. Karena pangan itu soal ketahanan nasional. Banyak pemerintahan jatuh dan suatu negara roboh, karena tak mampu menyediakan pangan untuk rakyatnya. Kini kita merasakannya setelah ada gejolak politik global," terang Gobel.

Dia bilang, Indonesia beruntung, karena bisa menjaga beras. Meski sempat akan diganggu oleh petualang yang ingin cari duit cepat, dengan rencana impor satu juta ton beras.

"Alhamdulillah, pemerintah dan parlemen berhasil menggagalkannya. Terbukti, kita tak butuh impor. Jika itu terjadi, maka petani akan kapok menanam padi. Seperti petani kapok menanam kedelai. Karena tak ada perlindungan dari negara,” tandasnya.

Gobel mengapresiasi APBN Indonesia, yang terus meningkat dengan pesat. Sehingga  kemampuan fiskal kita sangat kuat. Karena kita membutuhkan efisiensi, agar dana itu termanfaatkan secara optimal.

Baca juga : Terobosan Pemerintah Perbaiki Tata Kelola Pupuk Subsidi Demi Ketahanan Pangan Nasional

Di sisi lain, pemerintah juga harus menguatkan koordinasi antar kementerian dan lembaga. Sehingga, suatu program tidak dibebankan ke satu kementerian atau lembaga saja.

“Di sini butuh figur-figur pemimpin yang kuat. Jangan semua menggantung pada Presiden. Kita sangat beruntung memiliki Pak Jokowi yang memiliki kepemimpinan yang kuat. Tapi,  para pembantunya harus bisa menjadi penopang yang baik,” pungkasnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.