Dark/Light Mode

Kemarau Bisa Berdampak Pada Stabilitas Ekonomi

Awas, Prediksi BMKG Picu Spekulan Berburu Rente

Minggu, 28 Juli 2019 07:30 WIB
Ilustrasi musim kemarau (Foto: Istimewa)
Ilustrasi musim kemarau (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Ia menambahkan, jika memang terjadi musim kemarau panjang, BMKG mestinya tak hanya sekadar mengumumkan. Lebih dari itu, BMKG harusnya bisa memberikan informasi lebih konkret mengenai daerah mana saja yang akan mengalami kekeringan. Bukan menjadikan situasi tambah panas, sehingga menjadi celah bagi para pemburu rente atau mafia pangan.

Intinya, informasi BMKG ini sebaiknya tidak menyebabkan kepanikan di masyarakat. “Karena kalau diumumkan akan terjadi kekeringan dengan puso, gagal panen, dan sebagainya, justru memberikan celah kepada para spekulan yang akhirnya memaksa pemerintah impor. Ini kan menjadi bagian yang harus diantisipasi juga,” terang Firman.

Baca juga : JK Ibaratkan Inflasi Tekanan Darah: Tinggi Buruk, Terlalu Rendah Juga Jelek

Ia kembali mengingatkan, informasi BMKG harus disampaikan dengan hati-hati beserta data yang konkret. Sebagai lembaga yang memiliki otoritas untuk itu, seharusnya BMKG memperhatikan juga timing dan penggunaan kalimat yang hati- hati. Jangan sampai, prediksi BMKG ini menjadi pembenaran bahwa akan terjadi kekeringan berkepanjangan, gagal panen, sehingga harus impor.

Karena itu, dalam prediksi kekeringan ini, Firman meminta BMKG merinci daerah-daerah mana saja yang berpotensi kesulitan. Toh teknologi sekarang sudah semakin canggih.

Baca juga : Harus Ada Upaya Bersama Pulihkan Harmoni Kehidupan Berbangsa

“Pengumuman kekeringan itu harus dilengkapi di daerah mana saja, koordinatnya berapa. Sehingga, bisa dipetakan produksinya berapa, antisipasinya seperti apa. Ini supaya tidak dimanfaatkan oleh sekelompok spekulan. Spekulan ini sangat berbahaya, karena nantinya ada yang nimbun, minta impor se- banyak-banyaknya. Sehingga akhirnya tidak ada kepastian. Itu yang berbahaya,” papar Firman.  

Sebelumnya, Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengungkapkan, indikator musim kemarau tahun ini lebih kering ketimbang tahun lalu, bisa dilihat dari beberapa daerah sudah mengalami kekeringan dan kekurangan air secara signifikan. Padahal, saat ini belum masuk puncak musim kemarau. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.