Dark/Light Mode

Lestari: Perlu Antisipasi Dan Kebijakan Cegah Ancaman Demensia

Rabu, 13 September 2023 21:39 WIB
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat saat diskusi daring bertema Menangkal Ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (13/9). Foto: Istimewa
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat saat diskusi daring bertema Menangkal Ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (13/9). Foto: Istimewa

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat mendorong langkah antisipasi serta kebijakan untuk mencegah ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia. Penduduk usia produktif sebagai modal membangun bangsa harus bersanding serasi dengan lansia yang bahagia di masa tua.

"Usia produktif yang lebih mendominasi mesti berimbang dengan penduduk lansia yang sungguh 'berbahagia' di masa tua. Karena penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar 40 persen kasus Demensia dan Alzheimer dapat dihindari atau ditunda dengan gaya hidup sehat," kata Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat dalam sambutannya pada diskusi daring bertema Menangkal Ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (13/9).

Diskusi yang dimoderatori Anggiasari Puji Aryatie (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI) itu menghadirkan Eva Susanti (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan), Muhammad Cucu Zakaria (Asisten Deputi BPJS Kesehatan), dan Dodik Tugasworo (Ketua Umum Ikatan Dokter Saraf Indonesia) sebagai narasumber.

Hadir pula Nurhadi (Anggota Komisi IX DPR RI) dan DY Suharya (Pendiri Alzheimer Indonesia, Direktur Regional Alzheimer’s Disease International /ADI wilayah Asia Pasifik) sebagai penanggap. Diskusi ditutup wartawan senior, Saur Hutabarat.

Baca juga : Teten: Harus Ada Perlindungan Produk UMKM Dalam Kebijakan Transformasi Digital

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk lansia meningkat dari 18 juta jiwa (7,6 persen) pada 2010 menjadi 27 juta jiwa (10 persen) pada 2020. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi 40 juta jiwa (13,8 persen) pada 2035.

"Meningkatnya harapan hidup manusia dapat diasumsikan sebagai catatan positif dalam geliat pembangunan dan sistem kesehatan nasional. Meskipun, terdapat sejumlah pekerjaan rumah dalam bidang kesehatan terkait penyakit menular dan tidak menular," ujar Lestari. M)

Menurut World Alzheimer Report tahun 2019, sekitar 1,8 juta orang di Indonesia menderita Demensia, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 7,5 juta pada 2050 akibat populasi yang semakin lanjut usia.

Secara global, mengutip WHO, jumlah penderita Demensia akan meningkat 40 persen menjadi 78 juta jiwa pada tahun 2030. Rerie, sapaan Lestari, mengajak seluruh pihak memahami Demensia dan Alzheimer.

Baca juga : Sestama: Pegawai BNPT Harus Ikut Wujudkan Penanggulangan Terorisme yang Dinamis

Menurutnya, masih banyak masyarakat belum memahami dan ini bisa menjadi ancaman jika tidak diantisipasi.

"Sebetulnya gejala-gejala Demensia itu bisa diidentifikasi sejak awal. Kalau kita memiliki data yang terverifikasi dan bisa dilakukan identifikasi. Kami meyakini bahwa angka yang disebut jauh lebih kecil dari angka yang sesungguhnya," ujar Rerie.

Dikutip dari situs Alzheimer Indonesia (alzi.or.id), Demensia adalah kumpulan gejala penurunan progresif fungsi kognitif otak di antaranya gangguan daya ingat, gangguan berfikir, komunikasi, kemampuan pengambilan keputusan, mengendalikan emosi, dan fungsi otak lainnya yang dapat disertai dengan gangguan perilaku dan kepribadian yang pada akhirnya menganggu aktivitas sehari- hari.

Sementara, Demensia Alzheimer adalah jenis Demensia yang paling umum ditemui di masyarakat. Ini merupakan penyakit degeneratif sel syaraf yang bersifat progresif perlahan.

Baca juga : Jelang Pemilu, Imigrasi Jakpus Tingkatkan Pengawasan Orang Asing

"Pada umumnya, kita terbiasa dengan kata pikun atau kepikunan dan menganggapnya normal bagi mereka yang telah mencapai usia lanjut. Padahal, kepikunan bukanlah bagian normal dari penuaan, melainkan merupakan bagian dari gejala Demensia," lanjut Rerie.

Menyambut bonus demografi tahun 2045, di mana penduduk usia produktif akan lebih banyak dibanding usia tidak produktif, Rerie mengajak seluruh pihak untuk membangun kebijakan yang terkait pencegahan ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia.

Legislator dari Dapil Jawa Tengah II (Kabupaten Kudus, Jepara, dan Demak) ini mengatakan, usia produktif merupakan modal dasar untuk membangun negara, namun mesti juga diimbangi usia produktif ini bersanding serasi dengan penduduk lansia yang berbahagia di masa tua.

"Penduduk lansia yang berbahagia akan membuat keluarganya yang berusia produktif bisa lebih memaksimalkan diri dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari," tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.