Dark/Light Mode

RS Indonesia Dibombardir Pasukan Netanyahu

Kejahatan Israel Makin Nyata

Rabu, 22 November 2023 07:20 WIB
Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid. (Foto: Dok. DPR RI)
Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid. (Foto: Dok. DPR RI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafid mengutuk keras agresi militer Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, Senin (20/11/2023). Israel telah sangat nyata melakukan kejahatan perang di Palestina.

“Saya geram dan mengutuk keras kejahatan yang dilakukan Israel dengan membombardir dan mengepung Rumah Sakit Indonesia di Gaza, hingga me­newaskan 12 tenaga kesehatan Palestina,” kecam Meutya di Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Baca juga : Netanyahu Pastikan Perang Israel-Hamas Terus Berlanjut, Ini Alasannya

Meutya menegaskan, Israel telah melanggar Konvensi yang menyebut orang sakit dan terluka serta staf medis, rumah sakit dan fasilitas medis dilindungi saat perang.

Dia mendorong seluruh negara di dunia menghentikan keja­hatan negara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ini.

Baca juga : Israel Sangat Biadab

“Kejahatan oleh Israel ter­hadap rakyat Palestina di Gaza harus segera dihentikan bagaimanapun caranya,” tegasnya.

Anggota Fraksi Golkar ini mengatakan, Indonesia telah berupaya melalui Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB, Sidang Darurat OKI, KTT APEC, hingga melakukan per­temuan bilateral antara Presiden Jokowi dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam rangka meraih dukungan gencatan senjata di Gaza. Na­mun, Israel bergeming, bahkan terus melakukan serangan secara membabi-buta terhadap rakyat Palestina di Gaza.

Baca juga : Rosalynn Carter, Mantan Ibu Negara AS Dan Pejuang Kesehatan Mental Meninggal

Meutya menyebut, ada cara lain yang bisa dilakukan internasional dalam menekan Israel. Hal ini pun terbukti ampuh ketika negara-negara dunia mendesak penghentian sistem Apartheid di Afrika Selatan pada tahun 1990-an. Bisa dihen­tikannya sistem yang mengatur pembagian antara populasi mi­noritas kulit putih dan mayoritas penduduk kulit putih di negara Afrika Selatan ini karena deras­nya desakan dunia internasional.

“Penghentian Sistem Apart­heid di Afrika Selatan tahun 1990-an tidak hanya berasal dari dalam negeri Afrika Se­latan, tetapi ada tekanan dari internasional. Seperti, melarang kapal Afrika Selatan berlabuh, membekukan perdagangan dan sebagainya,” ungkapnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.