Dark/Light Mode

Bamsoet Gandeng ILUNI UI Review Berbagai Produk UU

Rabu, 19 Agustus 2020 14:01 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo (berbatik) saat menerima pengurus ILUNI UI 2019-2022, di Ruang Kerja Ketua MPR, Jakarta, Rabu (19/8). (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR Bambang Soesatyo (berbatik) saat menerima pengurus ILUNI UI 2019-2022, di Ruang Kerja Ketua MPR, Jakarta, Rabu (19/8). (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - MPR dan Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) akan bekerja sama meninjau kesesuaian berbagai produk undang-undang (UU) terhadap Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Program tersebut merupakan kelanjutan dari legislative review yang pernah digagas Ketua MPR Bambang Soesatyo saat masih menjabat Ketua DPR.

"Sejak didirikan pada 2003 hingga 2020, Mahkamah Konstitusi (MK) telah menerima 2.088 perkara uji materi terhadap 699 Undang-Undang. Produk Undang-Undang di Indonesia jumlahnya sangat banyak, tak menutup kemungkinan masih akan ada lagi yang dibawa ke MK. Sejauh mana kesesuaian ribuan Undang-Undang tersebut dengan Pancasila dan UUD NRI 1945, perlu ditelusuri lebih jauh. MPR sebagai bagian dari 'penjaga konstitusi' punya kepentingan memastikan napas Pancasila dan UUD NRI 1945 selalu berada dalam setiap Undang-Undang yang dihasilkan, sehingga tak memberatkan beban kinerja MK," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang, saat menerima pengurus ILUNI UI 2019-2022, di Ruang Kerja Ketua MPR, Jakarta, Rabu (19/8).

Pengurus ILUNI UI 2019-2022 yang hadir antara lain, Ketua Umum Andre Rahadian, Bendahara Umum Ratu Febriana Erawati, Wakil Sekjen Ayuningtyas Widari Ramdhaniar, Policy Center Rizky, Project Officer Devandra Maula Zakki, dan Ketua ILUNI Fakultas Hukum UI Ashoya Ratam.

Baca juga : Bank Sinarmas Beri Edukasi Pelaku UMKM

Mantan Ketua DPR ini menjelaskan, dalam pertemuan tersebut Ketua ILUNI Fakultas Hukum UI Ashoya Ratam membahas seputar pandemi Covid-19 yang telah membuat dunia kerja terhambat. Salah satunya menimpa profesi pelayanan di bidang hukum. Berbeda dengan pengacara yang bisa memberikan pelayanan konsultasi secara online, serta pelaksanaan proses peradilan melalui elektonik sebagaimana Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2020, untuk profesi Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) belum tersentuh kemudahan melakukan pekerjaan secara online.

Alasannya, karena ketentuan kehadiran fisik dalam membacakan dan penandatanganan akta. Jika dilihat lebih jauh, ketentuan kehadiran fisik tersebut sebenarnya tak tertuang secara langsung dalam UU Nomor 12/2011 yang kemudian diubah dengan UU Nomor 15/2019 tentang Jabatan Notaris.

Pasal 16 ayat 1 hurup m menyatakan bahwa Notaris wajib membacakan Akta dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit dua orang saksi, atau empat orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Ketentuan keharusan hadir secara fisik terdapat dalam bagian Penjelasan Pasal 16 ayat 1 hurup m.

Baca juga : Bertemu KSAD, Sandi Ajak TNI Pakai Produk Lokal

"Karena pandemi Covid-19 membuat kita harus menerapkan social and physical distancing, maka ketentuan harus hadir secara fisik yang terdapat dalam bagian Penjelasan, seyogyanya bisa juga ditafsirkan hadir secara virtual. Sedangkan tanda tangan basah, bisa diganti dengan tanda tangan elektronik yang tersertifikasi. Toh tak mengurangi esensinya, sebagaimana juga sudah diterapkan oleh profesi Notaris di berbagai negara seperti Australia," jelas Bamsoet.

Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan, agar tak menjadi permasalahan hukum di kemudian hari terhadap produk hukum yang dihasilkan Notaris terhadap kehadiran virtual dan tanda tangan elektronik, Kementerian Hukum dan HAM perlu membuat peraturan tersendiri. Sebagaimana MA mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2020 tentang legalitas peradilan elektronik, maupun Kejaksaan Agung yang mengeluarkan Instruksi Jaksa Agung Nomor 5 Tahun 2020 tentang Kebijakan Pelaksanaan Tugas dan Penanganan Perkara Selama Masa Pencegahan Penyebaran Covid-19 Di Lingkungan Kejaksaan Republik Indonesia.

"Dengan demikian Notaris dan PPAT tak perlu dilema menjalankan tugasnya. Mereka tetap bisa bekerja melayani kebutuhan hukum masyarakat di tengah pandemi Covid-19 tanpa perlu takut terpapar virus. Masyarakat serta Notaris dan PPAT sama-sama terlindungi," pungkas Bamsoet. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.