Dark/Light Mode

Pertemuan Bilateral Dengan Ketua Dewan China

Bamsoet Dorong Percepatan Penyelesaian Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Senin, 27 September 2021 22:06 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo melakukan pertemuan bilateral virtual dengan Ketua Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China Wang Yang. (Foto: Dok. MPR)
Ketua MPR Bambang Soesatyo melakukan pertemuan bilateral virtual dengan Ketua Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China Wang Yang. (Foto: Dok. MPR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR Bambang Soesatyo bersama Ketua Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China Wang Yang mendukung penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), yang membentang sepanjang 142,3 kilometer. Proyek tersebut ditargetkan beroperasi pada 2022. Proyek ini masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016.

Bamsoet, sapaan akrab Bambang menyatakan, berdasarkan informasi PT Kereta Cepat Indonesia China, progres proyek KCJB hingga pekan ini sudah mencapai lebih dari 78,65 persen. Beberapa hari lalu, sebanyak 11.805 batang rel KCJB yang didatangkan dari China telah sampai di Indonesia. 

“Dengan terpenuhinya seluruh kebutuhan batang rel untuk trase KCJB, maka percepatan penyelesaian proyek KCJB sudah semakin dekat," ujar Bamsoet, dalam pertemuan bilateral dengan Wang Yang, secara virtual dari Ruang Kerja Ketua MPR, di Jakarta, Senin (27/9). Turut hadir Wakil Ketua Selaku Sekretaris Jenderal Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China Li Bin, Wakil Ketua Dewan Nasional Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat China Su Hui serta Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian.

Baca juga : Bamsoet Ajak China Jaga Perdamaian Dan Stabilitas Di LCS

Ketua DPR ke-20 ini menjelaskan, proyek KCJB yang menelan investasi mencapai 8 miliar dolar atau sekitar Rp 114,24 triliun ini menjadi salah satu pilot project investasi terbesar di sektor infrastruktur transportasi antara Indonesia dan China. Sekaligus menjadi penanda semakin kuatnya hubungan ekonomi kedua negara dengan dasar saling menguntungkan dan menguatkan. Karenanya, terhadap persoalan apa pun, harus diselesaikan secara dialog kekeluargaan.

"Selain sektor infrastruktur, Indonesia juga terbuka dengan berbagai kerja sama di bidang lainnya. Antara lain, industri kesehatan, farmasi dan alat kesehatan, Industri otomasi dan elektronik, serta energi, terutama yang baru dan terbarukan," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini turut mengapresiasi peningkatan nilai perdagangan kedua negara yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kerjasama perdagangan dan investasi merupakan motor penting bagi pemulihan ekonomi nasional. Peningkatan signifikan nilai ekspor Indonesia ke China tahun 2020, telah memangkas nilai defisit perdagangan kedua negara mencapai 53,69 persen atau sebesar 9,11 miliar dolar AS, dibandingkan dengan profil neraca perdagangan 2019.

Baca juga : Mampu Hasilkan Laba Berulang Kali, Kementan Dorong Pertanaman Kapulaga

"Saya juga menyambut baik diberlakukannya Local Currency Settlement untuk mata uang rupiah dan RMB (Renminbi), yang telah disepakati pihak Bank Indonesia dan People’s Bank of China pada 6 September 2021. Kesepakatan ini penting untuk mendorong perdagangan dan investasi kedua negara dengan kemudahan penyelesaian transaksi mata uang lokal," jelas Bamsoet.

Kepala Badan Pertahanan, Keamanan, dan Pertahanan Kadin Indonesia ini menjelaskan, untuk semester I (Januari-Juni) 2021, nilai investasi China di Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah Singapura yaitu 1,68 miliar dolar AS (di luar Hong Kong), yang terdiri dari 1.245 proyek. Sementara, pada 2020, nilainya sebesar 4,84 miliar dolar AS yang terdiri dari 3.027 proyek (peringkat ke-2 setelah Singapura).

"Kita juga menekankan perlunya dukungan China terkait penyelesaian berbagai hambatan perdagangan, khususnya untuk menekan defisit perdagangan dan meningkatkan ekspor komoditi unggulan Indonesia dari sektor peternakan, pertanian dan perikanan ke China. Antara lain pelarangan ekspor porang sejak 1 Juni 2020, ekspor buah tropis masih dibatasi 5 jenis, seperti salak, manggis, buah naga, pisang, longan, dan buah nanas yang hingga saat ini masih dalam proses. Hingga berbagai permasalahan terkait ekspor sarang burung walet," pungkas Bamsoet. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.