Dark/Light Mode

Pemilih Minggat, Dimusuhi Teman Koalisi

NasDem Double Buntung

Senin, 31 Oktober 2022 07:54 WIB
Ketua Umum NasDem (kanan) merangkul Anies Baswedan, saat deklarasi capres, 3 Oktober lalu. (Foto: Dido/RM)
Ketua Umum NasDem (kanan) merangkul Anies Baswedan, saat deklarasi capres, 3 Oktober lalu. (Foto: Dido/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bukannya untung, langkah NasDem mendeklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) awal Oktober lalu, ternyata malah bikin buntung partai besutan Surya Paloh tersebut. Buntungnya double pula: pemilih minggat hingga dimusuhi teman koalisi.

Dalam survei terbaru Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) terlihat, hampir separuh pemilih NasDem minggat setelah pencapresan Anies. Direktur Riset SMRC Deni Irvani merinci, hanya 45 persen pemilih NasDem yang setia. Sebanyak 42 persen memilih pindah ke lain hati, dan 13 persen lainnya belum menentukan pilihan.

"Pemilih NasDem banyak yang pindah ke partai lain, terutama ke PDIP (9 persen), Demokrat (8 persen), dan partai-partai nonparlemen (9 persen)," kata Deni, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.

Memang, NasDem juga kecipratan dukungan dari pemilih partai lain. Seperti dari pendukung Anies yang awalnya ada Partai Gerindra dan PAN. Namun, jika dihitung-hitung, antara jumlah masuk dan keluar, masih banyak yang keluar. "Dari Gerindra 6 persen dan PAN 4 persen," sambungnya.

Secara keseluruhan, NasDem hanya berada di peringkat ketujuh dengan elektabilitas 5,4 persen. Angka ini jauh dari cita-cita Surya Paloh yang bermimpi menjadikan NasDem menjadi partai tiga besar di Pemilu 2024.

Baca juga : Elektabilitas Perindo Di Survei Litbang Kompas Naik, TGB Senang Betul

Posisi puncak ditempati PDIP dengan 24 persen. Posisi kedua dipegang Gerindra dengan 13,5 persen. Sedangkan posisi ketiga diduduki Golkar dengan 8,5 persen.

Sedangkan posisi empat sampai enam secara berturut-turut adalah PKB (7,1 persen), PKS (6,9 persen), dan Demokrat (5,5 persen). Lalu, di bawah NasDem ada PPP (3,3 persen), Perindo (2,1 persen), dan PAN (1,2 persen).

NasDem termasuk partai yang dukungannya cenderung menurun dibanding Pemilu 2019. Di Pemilu 2019, NasDem memperoleh 9,1 persen. Namun kini, tinggal 5,4 persen.

Kondisi ini seakan menambah kerugian NasDem setelah mendeklarasikan Anies sebagai capres. Sebelumnya, NasDem dimusuhi koalisi pendukung pemerintahan Presiden Jokowi karena deklarasi ini. Bahkan, PDIP sampai mendesak NasDem untuk keluar dari koalisi pemerintah.

Menyikapi hal ini, Ketua DPP NasDem Willy Aditya bicara terus terang. Dia menyadari, titik lemah NasDem ada di ukuran kedekatan pemilih dengan partai atau sering diistilahkan dengan party identification (party id). Sehingga banyak pemilih yang dengan mudah datang dan pergi.

Baca juga : Terpilih Jadi PM Inggris, Rishi Sunak Termuda Dalam 200 Tahun

"Mungkin yang relatif cukup kuat itu PDIP sama PKS. Ini mengingat corak ideologi mereka yang kuat di mata pemilihnya. Sementara partai-partai lain, sok-sok aja," kata Willy, saat dikonfirmasi tadi malam.

Ia melihat, ada pragmatisme yang kuat ketika para pemilih akan memilih partai-partai di luar dua partai tersebut. Hal itu dipengaruhi berbagai macam faktor, di antaranya capres dan para caleg.

"Jadi wajar kalau teridentifikasi bahwa ada pemilih NasDem berpindah pilihan, sebagaimana partai lain juga ternyata banyak yang pindah juga ke NasDem. Jadi ini seperti aliran yang natural saja. Besok pilih partai A, lusa partai B. Tidak ada masalah," jelasnya.

Pengamat politik Ray Rangkuti berasumsi, banyaknya pemilih NasDem yang minggat salah satunya memang dipicu pendeklarasian Anies sebagai capres. Sebab, basis pemilih NasDem di pemilu lalu adalah pemilih moderat dan pendukung Jokowi.

"Pernyataan Zulfan Lindan bahwa Anies itu antitesis Jokowi cukup berdampak. Betapapun NasDem membantahnya, saya kira pernyataan Zulfan Lindan akan mencerminkan NasDem di masa akan datang," ucap Ray, kemarin.

Baca juga : Peringati Hari Santri Nasional, SDG Jambi Gelar Doa Bersama Untuk Bangsa

Namun, ia tidak meragukan insting politik Surya Paloh. Karena bisa saja akan ada strategi baru yang dimainkan untuk mendongkrak jumlah pemilih setelah temuan survei ini.

"Ini evaluasi bagus untuk NasDem. Tapi usul saya lebih baik keluar dari kabinet sekalian. Fokus di oposisi, supaya suara oposisi sekalian ke NasDem," sarannya.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno punya analisis yang sama. Besar kemungkinan banyaknya pemilih NasDem minggat karena dipicu deklarasi Anies sebagai capres. 

"Mungkin saja itu efek deklarasi ke Anies. Karena selama ini basis pemilih NasDem anti terhadap Anies," kata Adi, ketika dikonfirmasi tadi malam.

Menurutnya, tak mudah memang memadukan antara sosok Anies dengan basis pemilih NasDem yang sejak awal berseberangan dengan Anies. "Sepertinya butuh waktu," tandasnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.