Dark/Light Mode

Tahun Depan Kongres PDIP

Mega Belum Tentu Rela Lepaskan Jabatan Ketum

Minggu, 26 Mei 2024 08:30 WIB
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputeri memimpin jalannya pengarahan internal terhadap kader pada hari kedua pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDI Perjuangan di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, Sabtu (25/5/2024). (Foto: AMA/RM)
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputeri memimpin jalannya pengarahan internal terhadap kader pada hari kedua pelaksanaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDI Perjuangan di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, Sabtu (25/5/2024). (Foto: AMA/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - PDI Perjuangan (PDIP) akan menggelar kongres, tahun depan. Salah satu yang akan dibahas soal penerus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Namun, Mega diprediksi belum akan melepaskan jabatannya sebagai orang nomor satu di partai berlambang kepala banteng tersebut.

Ketua DPP PDIP, Said Abdullah mengatakan, posisi Mega sebagai ketua umum partai belum bisa tergantikan. Sebab, kader partai akan mengalami kesulitan jika transisi kekuasaan PDIP dilakukan sekarang. Apalagi identitas partainya belum bisa dilepaskan dari sosok Mega sejak zaman Orde Baru.

“Kalau membaca arus bawah, kita tahu bersama akan kesulitan PDIP untuk ada estafet dalam waktu dekat. Kesulitannya apa? karena begitu bicara PDIP itu sama dengan Megawati Soekarnoputri. Itu fakta,” ucap Said, di sela acara Rakernas PDIP di Beach City International Stadium (BCIS), Sabtu (25/5/2024).

Said kemudian menambahkan, pernyataan Mega di pembukaan Rakernas soal tukar posisi dengan Puan Maharani jangan dianggap kode atau sinyal untuk pergantian ketua umum. Karena, pernyataan itu sebatas kelakar semata.

Namun, Ketua Banggar DPR ini yakin Mega akan tetap mempersiapkan suksesi kepemimpinan PDIP pada waktunya. Hanya saja, Said menilai, hal itu tidak bakal dilakukan dalam waktu dekat dengan situasi politik dalam negeri yang belum stabil. 

“Pasti Ibu akan mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Percayalah. Ibu Mega itu orang yang arif. Ibu itu bukan orang yang haus kekuasaan. Ibu itu seakan-akan merasa dirinya selalu dipaksa setiap kongres. Diminta untuk jadi Ibu Ketua Umum. Kan, masalahnya di situ,” kata Said.

Baca juga : Menantu Jokowi Mau Dilawan Ahok

Lalu, apakah Kongres PDIP tahun depan masih dipimpin Mega sekaligus membahas transisi kekuasaan ketum? Politisi Senior PDIP, Hendrawan Supratikno enggan komentar panjang. “Soal itu, bisa ditanyakan kepada Sekjen PDIP,” singkatnya, saat dikonfirmasi, semalam.

Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tidak merespon ketika diminta tanggapan terkait materi Kongres partai tahun depan. Termasuk soal transisi pergantian Ketum dari Mega kepada Puan Maharani maupun Prananda Prabowo.

Sebelumnya, Mega berkelakar kepada putrinya sekaligus Ketua DPR Puan Maharani, saat berpidato di pembukaan Rakernas V, Jumat (24/5/2024). Di hadapan ribuan kader dan tamu undangan yang hadir, Mega awalnya menyindir Puan yang sering kunjungan kerja ke luar negeri untuk urusan pemerintahan. Mega pun mengajak Puan bertukar posisi.

“Saya bilang gantian lah sama saya. Saya saja deh yang jadi Ketua DPR, kamu yang jadi ketua umum,” canda Mega.

Mega lalu cerita tugas untuk mengurus partai dengan berbagai macam persoalannya yang tidak mudah. Sementara putrinya, kata dia, mendapat tugas lebih enak, karena sering jalan-jalan.

“Loh enak-enak saja, masa saya yang disuruh nongkrong di sini, terus keadaannya gonjang-ganjing nggak jelas,” seloroh Mega.

Baca juga : Indonesia Bakal Alami Musim Kemarau Basah

Diketahui, selama ini Puan memang kerap disebut-sebut sebagai sosok yang akan melanjutkan kepemimpinan Mega di PDIP. Sosok lain yang diusulkan adalah Prananda, putra Mega yang menjabat sebagai Ketua Bidang UMKM, Ekonomi Kreatif, dan Digital DPP PDIP.

Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menilai, sejauh ini belum ada sosok sekaliber Mega di internal PDIP.

Emrus menilai, baik Puan maupun Prananda masih jauh perjalanan politiknya untuk bisa menggantikan Mega. Apalagi keduanya dianggap belum mampu menyatukan faksi-faksi di internal partai.

“Kalaupun terjadi suksesi kepemimpinan mungkin tidak langsung kedua sosok itu bisa jadi ketua umum, tapi bisa diangkat jadi ketua harian,” ulas Emrus, tadi malam.

Metode itu, dinilai Emrus bisa berlangsung mulus. Sebab, keduanya hanya bertindak sebagai pelaksana operasional partai. Sementara keputusan strategis partai akan tetap berada di tangan Mega.

Mengingat, sebentar lagi Indonesia bakal menggelar Pilkada serentak pada November mendatang. Menurutnya, kepemimpinan Mega sangat dibutuhkan untuk menentukan calon pemimpin daerah.

Baca juga : Rumah Dinas Camat Dan Lurah Jadi Sarang Tikus

Termasuk dalam kongres mendatang, karena menurut Emrus, Mega adalah sosoknya pemersatu yang punya kemampuan leadership, matang dalam politik, jeli melihat situasi, dan punya jam terbang politik yang tinggi.

“Jadi saya kira masih jauh untuk menggantikan posisi Mega, karena di tangannya PDIP bisa jadi lebih baik. Sehingga peran beliau masih dibutuhkan,” ungkapnya.

Lebih jauh, Emrus mengatakan, pernyataan Mega soal tukar posisi dengan Puan konteksnya hanya bercanda. Namun, dari segi komunikasi itu bisa multitafsir dan multi makna.

Sehingga tidak salah jika publik memaknai ada sinyal Puan bakal menggantikan Megawati. Sebab, pemaknaan itu sifatnya free dan manusia bebas memaknai simbol. “Tetapi apa yang sesungguhnya dimaksud hanya Ibu Megawati yang tahu,” pungkasnya. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.