Dark/Light Mode

Mau Jegal Pencapresan

PSI Kenapa Benci Banget ke Anies

Selasa, 25 Februari 2020 04:50 WIB
Raja Juli Antoni (Foto: Istimewa)
Raja Juli Antoni (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - PSI tidak senang melihat posisi Anies Baswedan di atas angin dalam beberapa survei calon presiden potensial 2024. Mereka ingin menjegal langkah Gubernur DKI Jakarta itu. Kenapa ya PSI benci banget ke Anies?

Sekjen PSI, Raja Juli Antoni, beralasan, Anies kerap memainkan isu agama. Jika dibiarkan, dia khawatir kemunculan Anies memecah belah bangsa. Karena itu, ia mengajak partai dan masyarakat bareng-bareng menjegal Anies maju sebagai calon presiden 2024.

“Saya kira harus ada barisan nasional yang secara serius menghadang figur yang terfokus isu populisme ini,” kata Antoni, di Hotel Atlet Century, Jakarta,Minggu (23/2).

Saat dikonfirmasi ulang, Raja Juli enggan menjawab lebih jauh. Menurutnya, jawaban yang diberikan pada hari Minggu cukup. “Yang kemarin aja, Mas komentarnya. Yang kemarin aja, kebetulan saya lagi mau meeting nih,” ucapnya saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.

Baca juga : Menpora Apresiasi Polri Ikut Membina Olahraga di Indonesia

Raja Juli bermimpi, barisan nasional yang digagasnya bisa jadi sebuah gerakan untuk membongkar sosok Anies yang sebenarnya. “Kira-kira begitu,” sambung dia.

Mantan Ketum Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM, sekarang Ikatan Pelajar Muhammadiyah/IPM) itu menuding, Anies tidak berkompeten menjadi pemimpin. Yang ada, hanya sebatas retorika. “Lihatlah apa yang dilakukan Pak Anies sebagai seorang Gubernur yang inkompeten, hanya mengemukakan retorika tapi tanpa kerja,” sentil Antoni. 

Lalu, siapa jagoan PSI? Antoni mengaku punya beberapa figur yang layak didukung. Seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah. Keempat sosok pemimpin itu dinilai punya sikap nasionalis dan terbukti mampu bekerja dengan baik. 

Dari segi popularitas Anies memang di atas awan, jika dibandingkan kepala daerah lainnya. Berdasarkan hasil survei yang dirilis Indo Barometer, popularitas Anies mencapai 91,7 persen. Jauh mengungguli Ridwan Kamil yang berada di angka 65,8 persen. Di tempat ketiga ditempati Khofifah Indar Parawansa sebesar 55,8 persen. Kemudian, Tri Rismaharini di urutan keempat dengan 49,4 persen. Sementara, Ganjar berada di posisi kelima dengan menoreh angka 47,8 persen. Ada pun Nurdin Abdullah hanya punya polularitas 10,7 persen. 

Baca juga : Multatuli Year 2020 Bakal Semarakkan Kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari mengatakan, tingkat hingga 91,7 persen terbilang moncer, mengingat populasi DKI Jakarta hanya 4 persen dari populasi nasional. Dia menganalisis, Anies diuntungkan karena status Jakarta sebagai Ibu Kota Negara dan menjadi pusat perhatian banyak media massa. “Dari sini lah, antara lain, timbul istilah gubernur DKI Jakarta adalah gubernur rasa presiden,” kata Qodari. 

Pengamat politik Lely Arrianie menilai, apa yang dilakukan PSI tidak akan berdampak besar. Sebab, jika menengok hasil pemilu legislatif lalu, partai yang dipimpin Grace Natalie itu kurang mendapat dukungan. “Mereka itu seperti teriak dalam senyap,” kata Lely, kepada Rakyat Merdeka tadi malam. 

Lely mengakui, tidak ada larangan bagi PSI selaku partai politik untuk menjegal siapa pun yang dinilai berseberangan dengan mereka. Hanya saja dia mengingatkan agar PSI belajar dari sejarah pencalonan presiden sebelumnya. Jangan sampai usahanya malah jadi senjata makan tuan. Artinya, yang dijegal malah makin moncer. 

“Dalam beberapa Pemilu lalu, biasanya kan, kalau kita di Indonesia, itu orang yang didzalimin malah semakin besar. Ada tradisi semacam itu,” ucapnya. 

Baca juga : Jokowi Hadiri Kenduri Kebangsaan di Bireuen Aceh

Ia kemudian mencontohkan karier politik SBY yang malah kinclong setelah dicopot kabinet di era Presiden Megawati Soekarnoputri. “Sebelumnya, Bu Mega oleh era Orde Baru juga begitu. Yang terbaru, termasuk Pak Jokowi dua kali terpilih karena begitu, banyaknya politik identitas. Jangan-jangan itu justru membuatnya semakin bersinar,” nilainya. 

Namun demikian, Lely menilai survei calon presiden 2024 itu masih terlalu pagi. Sementara, pergerakan politik masih sangat dinamis. “PSI harusnya tidak perlu terlalu khawatir, gitu lho. Jika menimbulkan mood politik yang penting itu bisa jadi merugikan PSI sendiri,” pungkasnya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.