Dark/Light Mode

PSI Masih Nol Koma, Cuma Rame Di Medsos

Jumat, 16 November 2018 11:29 WIB
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie (tengah). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie (tengah). (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Berdasarkan hasil survei, elektabilitas Partai Solidaritas Indonesia (PSI) masih nol koma persen. Jika ini lolos dari lubang parliamentary threshold (PT) 4 persen, PSI perlu kerja keras lagi. Terkait hal tersebut, Peneliti Senior LSI Adjie Alfaraby mengatakan, ambang batas parlemen alias PT 4 persen adalah syarat berat yang harus dipikul partai baru. Sebab, partai anyar rata-rata belum punya pemilih loyal. “Pemilih partai itu landasannya itu party id alias pemilih loyal. Itu biasanya terjadi karena proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai partai yang berlangsung sejak lama. Itulah kenapa, di setiap survei,  partai-partai seperti PDIP, Golkar, PKB selalu di atas. Itu karena mereka memiliki pemilih loyal,” ujar Adjie.

Dari catatannya, ada 4 partai baru yang akan bertarung di Pileg 2019. Yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Berkarya, Perindo dan Partai Garuda. Di antara 4 partai baru itu, lanjutnya, bisa dibilang PSI sering menjadi pemberitaan dan sorotan. Sejumlah kader partai berbasis anak muda itu, tak jarang menghiasi sosial media dan televisi. Tapi, sayangnya, partai besutan Grace Natalie yang eksis di media sosial itu belum berbanding lurus dengan elektabilitasnya.

Baca juga : SBY Terusik Ocehan Sekjen Gerindra

Dari beberapa hasil survei terakhir, sebut Adjie, elektabilitas PSI masih diam, nol koma persen alias nanokom (nasib nol koma). Pada survei LSI yang digelar di 10 provinsi pada 4-14 Oktober lalu, PSI hanya meraih suara sebesar 0,2 persen. “PSI relatif stagnan, tak lebih dari nol koma, dan tidak akan pernah di atas 3 persen dan 4 persen,” paparnya. Kondisi partai anyar seperti PSI semakin dipersulit dengan situasi pemilihan presiden dan pemilihan legislatif dilaksanakan serentak. Sebab, konsentrasi jadi terpecah. Bahkan, pemilu serentak semakin membuat citra partai tergerus dengan paslon di pilpres. Itulah sebabnya, partai politik semakin sulit untuk mendulang elektoral. 

“Pemilih sulit membedakan mana program-program partai, termasuk PSI. Secara konten dan program kan relatif bagus ya. Tapi, karena ketutup pilpres, pemilih jadi kurang mengetahui seperti apa saja program-program PSI,” ungkap Adjie.  Ia menambahkan, persepsi terhadap partai juga bisa menjadi momok bagi partai baru untuk menghadapi pileg. Pemilih yang masih bingung, cenderung akan lebih melirik partai lama, khususnya memiliki track record panjang di kancah politik. Di sisi lain, kalau bicara coat-tail effect pun bisa jadi akan tertutup ruang untuk masuk mengambil keuntungan. Kendati PSI memiliki dominasi di koalisi petahana, akan tetapi dominasi efek elektoralnya masih lebih ke PDI Perjuangan. “Inilah faktor-faktornya kenapa elektabilitas PSI selalu di bawah 4 persen. Tapi, PSI masih memiliki harapan untuk melaju ke Senayan,” kata Adjie.

Baca juga : Semoga Kyai Maruf Tak Sering Kepleset

Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno menyebut, saat ini masih ada sekitar 70 persen penduduk Indonesia, yang belum menentukan partai politik. Tapi, ini bisa juga jadi kabar buruk bagi seluruh partai, bila masyarakat mulai malas berpartai. “Kabar baiknya, partai baru seperti PSI cukup terbuka merebut ceruk pemilih yang masih banyak untuk lolos ke Senayan,” tuturnya. Kendati begitu, Adi juga tak menampik merebut ceruk pemilih di pileg tak mudah. Tapi, peluang tetap masih terbuka. Menurutnya, PSI memiliki modal bagus untuk menghadapi pileg tahun depan. “PSI punya modal menonjolkan anak-anak muda dengan ragam latar belakang yang memadai. Ini bisa menjadi modal penting untuk merebut simpati pemilih,” pungkasnya. [SSL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.