Dark/Light Mode

Kampanyekan Prabowo Di Detik Akhir, SBY Disamain Film "The Last Samurai"

Rabu, 21 November 2018 11:01 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disebut-sebut akan turun mengkampanyekan Prabowo-Sandi, di detik-detik terakhir. Kubu koalisi menanggapinya dengan gembira. Ada yang menyamakan SBY seperti jagoan di film "The Last Samurai". Jagoan datang belakangan.

Di masa kampanye ini, Partai Demokrat memang seperti asyik sendiri. Tak mau ikut-ikutan dalam kehebohan dan perdebatan antara para kandidat. Saat partai lain sedang pontang-panting menjual capres-cawapres jagoannya masing-masing, partai berlambang mercy itu malah asyik sendiri dengan caranya menggarap pemilu legislatif.

Saat melakukan rangkaian tur ke Jawa beberapa waktu lalu misalnya, Demokrat sama sekali tak mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Malah belakangan, SBY bersikap abu-abu lagi. Mempersilakan kadernya untuk memilih Jokowi-Ma'ruf. Sampai-sampai, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani menagih janji Demokrat mengampanyekan Prabowo-Sandi.

Menanggapi itu, Wasekjen Demokrat Rachland Nashidik mengatakan, SBY tetap memegang janjinya mengkampanyekan Prabowo. Namun kata Rachland, SBY akan kampanye pilpres setelah persiapan pemilihan legislatif rampung.

Baca juga : Bangun Pagi, Jokowi Sarapan Harga Sembako

Rachland juga meminta agar keputusan Demokrat itu dihargai. Menurutnya, koalisi partai ini berbeda dengan fusi yang membuat semua partai melebur menjadi satu, ketika sudah mendukung. Lagi pula waktunya masih sekitar 6 bulan untuk pilpres. "Kalau sekarang kampanyenya, orang sudah lupa juga nanti. Jadi, kami ambil ujungnya (masa kampanye) saja," kata Rachland.

Cawapres Sandiaga Uno menanggapi hal ini dengan ucapan syukur alhamdulillah. Menurut dia, dengan rekam jejak SBY yang prima dan seorang yang perfeksionis, apa yang dilakukan SBY akan berdampak signifikan. "Pak Prabowo tadi bilang, Pak SBY adalah master of strategy.  Jadi, buat kami, pasti sudah dihitung dengan baik. Itu sudah dengan sesuai rencana kami," kata Sandi di kediaman Prabowo, Senin (19/11).

Menurutnya, bulan Maret 2019 merupakan momentum yang tepat untuk berkampanye. Meski sudah dekat dengan detik-detik hari H Pilpres, bukan suatu keterlambatan. "Saya terimakasih kepada Pak SBY dan Mas AHY. Mudah-mudahan, sinergi kita akan baik dan momentumnya tepat. Saat ini, saya tengah menyusun jadwal dengan Pak SBY ataupun Mas AHY," ujar Sandi.

Sandi bilang,  pada November 2018 hingga Januari 2019, dia dan Prabowo bertugas mengampanyekan visi-misi mereka. Sedangkan SBY, akan keluar pada momentum terakhir. Di bulan Maret. Sebulan jelang pencoblosan. "Pak SBY sangat, sangat tepat. Paling dibutuhkan itu di penghujung," tuturnya.

Baca juga : Sandi: Politisi Yang Hobi Ngegombal, Kita Kasih Minyak "Pret"

Wasekjen PAN Faldo Maldini juga mengacungi jempol keputusan SBY itu. Menurut dia, Pak SBY itu seperti jagoan di film "The Last Samurai". "Pedangnya keluar, selesai perang semuanya," kata Faldo melalui pesan singkat. Ia menilai, ketokohan SBY yang kuat akan mampu menarik suara.

Untuk itu, ada beberapa alasan. Selain dianggap sebagai ahli strategi, SBY juga memiliki rekam jejak yang tak terkalahkan. Karena itu, Faldo menilai, SBY tak butuh waktu lama untuk mengkampanyekan Prabowo meraup suara optimal. "Sepekan saja SBY turun,  bisa memberikan efek gawat. Apalagi sebulan," selorohnya.

Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera juga tak mempersoalkan keputusan SBY itu. "Pak SBY paham bahwa jagoan turun belakangan," kata Mardani. Dia mengklaim komunikasi partai koalisi dengan Partai Demokrat selama ini berjalan baik. Kata dia, koalisi memang mengatur ritme kampanye sesuai strategi pemenangan.

Menanggapi hal itu, Pengamat Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengaku tak heran dengan keputusan SBY. Dari awal dia melihat, keputusan Demokrat mendukung Prabowo-Sandi tidak bulat. Menurut dia, keputusan itu lebih didasari pada hal yang bersifat pragmatis.

Baca juga : Kyai Dan Santri Jangan Takut Sebarkan Informasi Yang Benar

Padahal seharusnya, koalisi terbangun karena kesamaan ideologi. Sehingga, dukungan bisa diberikan dari awal,  bahkan sebelum kampanye dimulai. "Karena ini koalisi bersifat pragmatis, maka dukungan yang diberikan pun terkesan setengah hati dan hanya dilakukan di ujung masa kampanye,"  kata Emrus. Ia memprediksi, kemunculan SBY di akhir-akhir tak akan terlalu signifikan. Keputusan SBY mengkampanyekan Prabowo-Sandi hanya berdasar kalkulasi politik jangka pendek.

Soalnya, seperti yang disampaikan SBY, Demokrat tidak melihat keuntungan nyata ketika mendukung Prabowo-Sandi. Suara yang akan naik justru Gerindra. Karena itu, SBY memilih mencurahkan segenap hati dan pikiran yang ada untuk kemenangan Demokrat. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.