Dark/Light Mode

Jelaskan Tafsir "Buta" dan "Tuli"

KH Maruf Amin Akhirnya Minta Maaf Kepada Penyandang Disabilitas

Minggu, 25 November 2018 06:39 WIB
Cawapres 01 KH Maruf Amin (paling kiri, baju putih) menerima lukisan diri dari penyandang disabilitas bernama Fikri, dalam pertemuan dengan komunitas difabel di Rumah Situbondo Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/11). (Foto: Twitter @khmarufamin)
Cawapres 01 KH Maruf Amin (paling kiri, baju putih) menerima lukisan diri dari penyandang disabilitas bernama Fikri, dalam pertemuan dengan komunitas difabel di Rumah Situbondo Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/11). (Foto: Twitter @khmarufamin)

RM.id  Rakyat Merdeka - Cawapres 01 KH Ma'ruf Amin menyampaikan permintaan maaf pada kaum difabel. Namun, permintaan maaf itu bukan berarti dia mengakui, istilah "buta" dan "tuli" ditujukan untuk menghina kaum difabel. Ma’ruf bilang, kata "buta" dan "tuli" bukan menggambarkan bentuk fisik, tapi sikap seseorang.

Sabtu (24/11), Ma’ruf menerima kunjungan komunitas difabel dari Bandung, Jawa Barat dan komunitas di bawah Pusat Studi Layanan Difabel Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur di Rumah Situbondo, Menteng, Jakarta. Ada sekitar 10-15 penyandang disabilitas yang hadir menemui Ma’ruf. Ada yang mengenakan tongkat penyangga sebagai alat bantu berjalan, ada pula yang digandeng. Mereka langsung masuk ke ruangan pertemuan yang berlangsung tertutup. Barulah setelah 2 jam, pertemuan terbuka untuk media.

Dalam pertemuan itu, mereka yang hadir menghadiahi lukisan untuk Ma’ruf. Lukisan itu berupa karikatur Ma’ruf, yang dibuat penyandang disabilitas bernama Naufal. Sosok Ketua MUI non aktif ini digambarkan dengan gaya khasnya. Pakai sarung berwarna biru, jas dengan baju putih. Tak ketinggalan, syal putih dan kopiah hitam.

Baca juga : Andi Arsyil: Tukang Bubur Menuju Senayan

Dalam lukisannya, juga terdapat tulisan “Kaum Difabel Bersama Abah”. Selain itu, ada pula pemberian lukisan dari penyandang disabilitas lain bernama Fikri. Lukisan tersebut menggambarkan potret diri Ma’ruf Amin, namun dibuat secara digital.

Eks Rais Aam PBNU itu tentu saja sumringah atas hadiah tersebut. Ucapan terima kasih pun disampaikannya pada pemberi lukisan. “Saya mendapatkan kehormatan. Anak saya, cucu saya difabel silaturahim memberikan gambar saya, disertai tulisan difabel bersama Abah,” ucap Ma’ruf.

Pada kesempatan itu, Ma’ruf juga memberikan klarifikasi soal buta dan tuli. “Saya menggunakan istilah tuli dan buta, yang saya maksudkan tidak secara fisik, tapi soal hati. Tidak mungkin (menghina). Cucu saya juga difabel, nggak mungkin menghina cucu saya sendiri,” ujar Ma’ruf.

Baca juga : Dicandain PBB = Partai Bikinan Bowo, Yusril Sewot

Diketahui cucu Ma’ruf Amin, Ahmad Fathi Khalidi juga menyandang disabilitas. Saat ini, Fathi merupakan seorang mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.  “Tapi kalau memang ucapan itu masih dianggap melukai, saya minta maaf. Saya tidak ingin melukai,” kata Maruf.

Sekadar informasi, gara-gara ucapannya soal "buta dan tuli", Ma’ruf dapat banyak hujatan. Bahkan, sejumlah penyandang disabilitas sempat melakukan unjuk rasa. Tak sampai disitu, Ma’ruf juga dilaporkan ke Bawaslu. Ada dua laporan terhadap Ma’ruf di Bawaslu terkait ucapan tersebut.

Laporan pertama dari Boni Syahrizal, anggota dari organ sayap Gerindra. Kedua, laporan dari seorang tunanetra bernama Yogi Matsuni, yang tergabung dalam Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia. Dua laporan itu kini sedang diproses Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Baca juga : Jawab Tudingan Sembako Mahal, Jokowi Nyerangnya Halus

Senin (12/11) lalu, Bawaslu sudah memanggil kubu Jokowi-Ma’ruf untuk diminta keterangan. Juru Bicara Tim Jokowi- Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily meminta pernyataan Ma’ruf tidak diartikan secara fisik. Ace menegaskan,  istilah buta dan tuli yang dipakai Ma’ruf itu hanya kiasan belaka. “Jadi bukan budek tuli dalam pengertian fisik, tapi kiasan untuk menjelaskan seseorang yang sebetulnya sehat, tapi pura-pura sakit,” kata Ace.

Politisi Golkar ini mengatakan, saat ini ada sejumlah pihak yang tidak objektif dalam menilai kinerja pemerintahan Jokowi. Tak hanya tidak objektif, kata dia, ada juga yang sengaja menutupi keberhasilan pemerintah. Semua itu dilakukan demi mendeskreditkan Jokowi, untuk kepentingan politik. "Kita sudah tahulah siapa pihak yang selama ini selalu bicara negatif terhadap pemerintah dan tidak mau mengakui keberhasilan,” kata Ace. [HEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.