Dark/Light Mode

Untuk Para Capres, Tolong Kedepankan Narasi Persatuan!

Jumat, 23 Juni 2023 20:45 WIB
Para pembicara webinar Moya Institute bertema Membaca Prospek Kemenangan Tiga Capres Populer, Jumat (23/6). (Foto: Istimewa)
Para pembicara webinar Moya Institute bertema Membaca Prospek Kemenangan Tiga Capres Populer, Jumat (23/6). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Para kandidat calon presiden (capres) diminta menonjolkan narasi persatuan, agar bangsa ini secara kolektif bisa menghadapi berbagai tantangan. Percakapan tentang persatuan juga krusial untuk terus digaungkan demi tercapainya tujuan Indonesia Emas 2045.

Pemerhati isu-isu strategis dan global Prof Dubes Imron Cotan berpendapat, tantangan terbesar dari para capres terpilih nanti adalah mengedepankan persatuan dan kesatuan.

“Yang perlu dipertanyakan, siapa di antara para capres yang benar-benar dilahirkan, siap, serta berkemampuan memupuk rasa nasionalisme bangsa dan menghimpun segenap elemen dan kekuatan bangsa, sehingga mampu menggiring Indonesia keluar sebagai pemenang dari masa twilight zone (zona senja) saat ini. Agar dapat mengokohkan upaya dan langkah kita bersama menuju Indonesia Emas 2045 yang akan datang,” ujar Imron, dalam webinar Moya Institute bertema “Membaca Prospek Kemenangan Tiga Capres Populer”, Jumat (23/6).

Imron menguraikan, dunia sedang melalui dan berada pada periode twilight zone. Hal itu ditandai dengan serangan pandemi Covid-19, perang proxy di Eropa, yang melibatkan negara-negara berkemampuan senjata pemusnah massal (nuklir, biologi, dan kimia), serta meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik.

Baca juga : Kerek Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Kembangkan Sektor Pertanian

Di front dalam negeri, lanjutnya, pada saat Indonesia mulai bangkit dari serangan pandemi Covid-19, siklus demokrasi lima tahunan segera berlangsung serentak pada Februari 2024. Setelahnya, akan dilanjutkan dengan Pilkada serentak pada Novemver 2024.

“Kedua agenda demokrasi tersebut merupakan tugas konstitusi, untuk mengawal Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 (demokratis, maju, dan sejahtera). Untuk itu, seluruh elemen bangsa dituntut tetap menjaga persatuan dan kesatuan, terlepas dari siapa yang akan muncul menjadi pemimpin nasional dan lokal, sebagai hasil dari kontestasi politik 2024 yang akan datang,” ucapnya.

Di acara yang sama, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan, narasi persatuan perlu dimunculkan dalam perhelatan Pilpres 2024. Agar bangsa ini mampu menghadapi berbagai hal yang melemahkan upaya mencapai tujuan. Persatuan amat penting ditonjolkan dari sisi birokrasi maupun kepemimpinan.

“Saya kira keinginan Presiden Jokowi menciptakan Indonesia Emas 2045 itulah narasi persatuan dan tonggaknya banyak. Di situ Jokowi telah mewarisi narasi persatuan, bahwa siapa pun presidennya, jaga Indonesia Emas 2045. Indonesia Emas 2045 dapat menjaga kolektivisme bangsa,” ujar Fahri.

Baca juga : Laga Uji Coba, Macan Kemayoran Imbangi Persebaya 2-2

Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof Aidul Fitriciada Azhari mengatakan, ketiga capres yang kerap muncul namanya saat ini sama-sama mempunyai karakter kepemimpinan yang kuat dan baik. Hanya saja, masing-masing capres punya perbedaan kapasitas dalam menghadapi tantangan yang muncul di masa depan.

Ketiga capres yang dimaksud adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, serta mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

“Ganjar punya kemampuan menghadapi tantangan internal atau domestik, sebab gaya kepemimpinannya yang tidak terlalu ‘tinggi’, dan merakyat. Jika tantangannya itu bersifat global maka Prabowo dan Anies Baswedan punya keunggulan komparatif,” terang Aidul.

Aidul menyebut, situasi Pilpres 2024 tidak akan jauh berbeda bila dianalisa dan diperbandingkan dengan sejarah Pemilu 1955 dan 2019, yang setiap ideologi punya basis pemilih masing-masing, dengan poros nasionalisme selalu berada di depan.

Baca juga : Yuni Shara, Digosipin Selingkuh Dengan Suami Maia

“Sementara Prabowo dan Anies punya irisan yang sama yakni kalangan santri, meskipun yang paling santri sebenarnya Anies Baswedan. Sedangkan Ganjar Pranowo dari kelompok nasionalis,” urai Aidul.

Sementara, Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas menyampaikan, tiga capres yang populer beredar sekarang merefleksikan bahwa pemilu Indonesia memang merepresentasikan aspirasi publik. “Dari hasil survei, ketiga capres inilah yang popularitasnya paling tinggi di tengah masyarakat,” imbuh Sirojudin.

Sedangkan, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto menyatakan, masyarakat hanya berharap siapa pun yang terpilih dari tiga capres populer tadi adalah putra terbaik bangsa yang diharapkan memberikan kontribusi besar untuk kemajuan Indonesia. “Apa pun afiliasi politik masyarakat nanti dalam pemilu, penting dipandang bahwa persatuan dan kesatuan adalah hal utama,” kata Hery.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.