Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ketua PBNU dan Stafsus Wapres, Robikin Emhas

Tafsir Agama Yang Jadi Dalil Teroris, Kudu Diluruskan

Minggu, 4 April 2021 07:30 WIB
Ketua PBNU dan Stafsus Wapres, Robikin Emhas (Foto: Istimewa)
Ketua PBNU dan Stafsus Wapres, Robikin Emhas (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Bahkan,  harus harmoni dengan semesta raya. Untuk apa? Agar secara kolektif manusia sanggup membangun peradaban yang luhur, yang ditandai dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan meningkatnya kesejahteranya umat manusia.

Kedua, harus diingat bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah darussalam (kawasan damai), bukan darul harb (kawasan perang). Indonesia juga bukan merupakan darul kuffar (negara kafir).

NKRI sebagai nation state adalah negara yang sah dalam pandangan Islam. Oleh karenanya, dalam konteks seperti itu, jihad harus dipahami sebagai keharusan untuk menahan diri dari segala perilaku destruktif yang dapat merusak diri sendiri dan hormani sosial.

Jihad juga harus melahirkan ghiroh (gairah) untuk turut aktif mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.

Bagaimana PBNU melihat program deradikalisasi selama ini. Apakah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam penanggulangan terorisme, bersinergi cukup baik dengan organisasi masyarakat, terutama yang berbasis keagamaan?

Baca juga : Ketua PBNU Robikin Emhas: Perbedaan Tak Bisa Kurangi Persaudaraan Kemanusiaan

Program deradikalisasi yang dilakukan BNPT selama ini sudah berjalan baik. Ini harus terus ditingkatkan, baik yang terkait cakupan program, maupun jejaring yang dilibatkan.

Lewat pesantren, misalnya?

Ya. Bibit-bibit kekerasan, biasanya berawal dari kelompok yang berpaham kaku. Ditambah di luar sana, masih ada pihak yang tak sepakat dengan konsep NKRI. Kita harus terus mewaspadai itu. 

Apakah pemerintah sudah mengajak pesantren untuk turut andil dalam perang besar melawan radikalisme?

Berdasarkan data Kementerian Agama, jumlah pesantren di Indonesia ada 28 ribuan. Sekitar 23 ribuan di antaranya pesantren NU, atau yang berafiliasi dengan NU. Alhamdulillah, sejauh ini pemahaman dan ideologi kekerasan  tak ada sama sekali di lingkungan pendidikan pesantren NU.

Baca juga : Wapres: Ormas Berbasis Agama Wajib Jaga Kerukunan

Apa kuncinya?

Kalau ditanyakan, mengapa pemahaman dan ideologi seperti itu tidak tumbuh di pesantren - khususnya di lingkungan NU -, itu ada 2 kata kunci.

Pertama, karena agama dan negara tidak dihadap-hadapkan. Bahkan, relasi agama dan negara diharmoniskan.

Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asy’ari, pendiri NU, berhasil merumuskannya dengan kalimat sederhana, namun begitu dalam maknanya: hubbul wathan minal iman, yang artinya cinta Tanah Air sebagian dari iman.

Nasionalisme merupakan ajaran agama. Bahasa sederhananya, kalau Anda religius, maka Anda harus nasionalis. Harus cinta Tanah Air dan bangsa Indonesia.

Baca juga : Semua Wanita Cantik, Tapi Yang Utama Adalah Percaya Diri

Kedua, agama yang meliputi akidah, syariah dan akhlak harus diamalkan dalam satu tarikan nafas. Tidak dipisah, dan dilepaskan satu dengan lainnya.

Materi ajarnya boleh pisah, namun pengamalannya merupakan satu kesatuan yang inheren.

Ini berbeda dengan pendidikan agama di lingkungan lembaga pendidikan umum, yang muatan materinya cenderung hanya menekankan akidah dan syariah. Namun kurang memberi ruang terhadap materi pendidikan akhlak.

Dalam kondisi ini, dilibatkan atau tidak dalam memberantas pemahaman dan ideologi kekerasan, pesantren NU tetap aktif melakukannya. NU komitmen menjaga Tanah Air dari ancaman terorisme. [FAQ]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.