Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - Inilah dampak dari dendam politik. Presiden Rusia Vladimir Putin diduga mematri dendam itu sudah sangat lama.
Dendam itu tumbuh bersama hancurnya Uni Soviet dengan sangat mudah. Negara adidaya itu runtuh tanpa serangan militer. Tanpa perlawanan. Hilang dari peta dengan mudah.
Putin hidup di era itu. Dia menjadi pelaku lapangan. Menyaksikan bagaimana negaranya dan Blok Timur dipermak habis oleh blok Barat.
Ketika Tembok Berlin runtuh, 1989, Putin berada di Dresden, Jerman Timur, sebagai agen intelijen KGB. Usianya 37. Pangkatnya Letkol. Dia bertugas selama lima tahun di Jerman Timur.
Baca juga : Ukraina Sampai Tom And Jerry
Saat itu, 5 Desember 1989, kantor KGB hendak diserbu demonstran yang marah. Massa sudah di depan gerbang. Ketika KGB di Moskow dimintai tolong: tidak ada jawaban.
Seorang pendemo, Siegfrid Dannat seperti dilaporkan Russia Beyond, mengatakan, seorang staf Rusia kemudian keluar gedung. Sendirian. Dia mendekati gerbang yang tertutup. Menghampiri massa.
Baca juga : KPK Jangan Mudah Di-jab
Staf itu meminta massa menjauhi gedung. Kalau tidak, ancamnya, penjaga bersenjata akan melepas tembakan. Dannat menyebut, staf Rusia itu berbicara sopan dalam bahasa Jerman yang fasih.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.