Dark/Light Mode

Koalisi, Ambisi & Strategi

Rabu, 25 Januari 2023 04:52 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Koalisi-koalisi parpol menuju Pemilu 2024 sudah semakin mendekati realisasi. Meski belum pasti, sebagian parpol sudah melakukan ikatan relasi. Mereka pun berjanji, akan saling mengisi di antara sesama kongsi.

Yang teranyar, Partai Gerindra dan PKB resmi membentuk Sekretariat Bersama alias Sekber. Walaupun belum ada kesepakatan mengenai kandidat capres-cawapres yang bakal diusung, dengan Sekber ini, Gerindra dan PKB menunjukkan keseriusan untuk bersama-sama menghadapi 2024 dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Baca juga : Koalisi Anies Rawan Retak

Sebelumnya, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PAN, dan PPP sudah lebih dulu solid. Meski koalisi ini belum punya figur tunggal sebagai bahan “jualan”, tapi ikatan para anggotanya terlihat cukup kuat—setidaknya untuk saat ini. Tidak terdengar ada friksi, silang pendapat, apalagi saling sindir.

Sedangkan untuk Koalisi Perubahan, yang diusung NasDem, Demokrat, dan PKS, memang belum sesolid Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya dan Koalisi Indonesia Bersatu. Tapi, mereka punya kelebihan, yaitu sudah tidak lagi memperdebatkan kandidat capres yang diusung. Masalahnya hanya tinggal tarik-menarik untuk menentukan kandidat cawapres.

Baca juga : Koalisi Anies Masih Beda Jalan

Sementara, PDIP terlihat masih adem ayem. Partai banteng merah terlihat sungguh percaya diri dalam menghadapi 2024. Alasannya jelas, PDIP merupakan satu-satunya partai yang sudah memegang tiket untuk mengusung capres-cawapres sendiri. Elektabilitas mereka juga selalu unggul dalam survei-survei. Mengenai kandidat capres, mereka punya dua orang kader internal yang kuat. Tinggal ditentukan saja siapa yang bakal maju.

Pembentukan koalisi-koalisi tadi tidak lepas dari pemenuhan ambisi para pimpinan parpol. Ada yang berambisi ingin menjadi capres atau cawapres, ada yang berambisi ingin dikenang sebagai sosok king maker, ada juga yang berambisi untuk mengamankan posisi setelah 2024.

Baca juga : Duel Ambisi Dan Tarian

Untuk semua itu, mereka beradu strategi. Ada yang berusaha melakukan start duluan, dengan harapan bisa langsung bergerak dan lebih dulu dikenal masyarakat. Ada juga yang menggunakan strategi menunggu gerakan-gerakan lawan. Strategi ini diterapkan dengan pertimbangan masing-masing, juga dalam merespons dinamika yang terjadi.

Lalu, strategi mana yang paling efektif? Tidak ada batu uji yang benar-benar valid untuk mengukurnya. Selama Pilpres langsung yang sudah dimulai sejak 2004, semuanya tergantung situasi. Kadang, yang membentuk koalisi paling awal yang memenangkan kontestasi. Kadang juga, koalisi yang dibentuk di akhir yang keluar sebagai juara.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.