Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Bersatu Setelah Bertarung

Selasa, 15 Oktober 2019 06:57 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Gerindra tampaknya akan masuk pemerintahan. Demokrat, masih fifty-fifty. PAN bisa di dalam, bisa di luar. PKS, oposisi.

Masuknya Gerindra tampaknya akan ditentukan setelah Prabowo selesai melakukan safari dan sowan politik ke beberapa tokoh.

Sebagai newbie, Gerindra perlu meminta pendapat dan izin kepada penghuni lama rumah koalisi.

Jokowi tampaknya sudah oke. Kalau yang lain juga oke, welcome: silakan bergabung. Hanya sebagian orang Nasdem yang tampaknya belum sreg.

Misalnya, ada yang menyebut, “politik yang beradab dimana yang kalah harus ksatria menerima kekalahan”. Sehingga tak perlu bergabung ke pemerintahan.

Baca juga : Belajar Mendengar

Kalau Golkar, tampaknya oke-oke saja. Lebih smooth. Tenang. Ada anggota baru, boleh. Tidak juga, enggak apa-apa.

Terserah Jokowi. Untuk menyempurnakan keputusan nya, Gerindra akan mengumpulkan seluruh pimpinan partai dari seluruh Indonesia, di Hambalang, mulai hari ini.

Walau, tentu saja, keputusan akhir tetap di tangan Prabowo. Kalau Gerindra bergabung, berapa kursi yang diperoleh? Ada isu, Gerindra meminta tiga kursi.

Ada pula usulan supaya Prabowo dijadikan ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

Yang menarik, kalau jadi masuk pemerintahan, sulit membayangkan Fadli Zon misalnya, yang selama ini sangat vokal mengritik pemerintah, tiba-tiba menjadi pembela pemerintah.

Baca juga : Duh, OTT Lagi, Sampai Kapan?

Fadli disebut-sebut sebagai salah satu, dari dua atau tiga kader Gerindra yang akan masuk kabinet.

Fadli Zon merupakan salah satu, dari “dua oposan” selama lima tahun terakhir. Satunya lagi, Fahri Hamzah.

Bagaimana dengan PKS yang tetap menjadi oposisi? Apakah PKS bisa memanfaatkan sepinya oposisi lima tahun ke depan?

Selama lima tahun jadi oposisi, dari 2014 ke 2019, PKS “hanya” meraup kenaikan sekitar 1,4 persen. Apakah PKS masih gagap beroposisi? Bagaimana dengan Demokrat?

Dengan posisinya sebagai “penyeimbang” selama lima tahun, Demokrat mengalami penurunan yang signifikan.

Baca juga : Semoga Tidak Ada Yang Kena OTT

Lima tahun ke depan, Demokrat perlu memikirkan format yang pas, apakah di dalam atau di luar pemerintahan.

Kalau “gagap” juga, Demokrat bisa merosot lagi. Ini akan jadi tantangan menarik bagi SBY dan AHY. Kita tunggu saja sehari dua hari ini, sebelum pelantikan Presiden.

Biasanya, di saat injury time, ada kejutan. Ada manuver-manuver menarik. Manuver-manuver saling jajal ini menjadi menarik karena sebelumnya rakyat bertarung habis-habisan dengan segala bentuk pengorbanan.

Bah kan korban jiwa. Korban sosial. Juga polarisasi yang sangat tajam. Melalui pemilu berbiaya sangat mahal pula.

Setelah melewati itu semua, pada akhirnya mungkin ada yang harus menyerah kepada sebuah benda berkaki empat, berukir indah, berbusa empuk: kursi. Demi rakyat!? ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.