Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kursi Menteri

Selasa, 22 Oktober 2019 06:35 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Hati-hati. Menjadi menteri banyak godaan dan cobaannya. Bisa godaan politik. Bisa godaan ekonomi. Godaan ekonomi semua sudah tahu. Itu bisa dilihat dari beberapa menteri yang kesandung kasus hukum di KPK. Ada yang nilainya besar, ada yang kecil.

Kalau lagi sial, uang puluhan juta saja bisa kena. Godaan politik, misalnya ada keinginan untuk memupuk popularitas menuju pilpres 2024. Karena, menjadi menteri ibarat memegang tiket menuju pintu masuk arena Pilpres 2024.

Ini jadi tantangan menarik bagi Presiden Jokowi. Juga bagi menterinya. Ketika seorang menteri mulai naik namanya, ngetop, populis, hasil kerjanya aik, menteri tersebut bisa langsung masuk radar publik untuk jadi capres.

Baca juga : Duh, OTT Lagi

Di sini godaan mulai muncul. Apalagi kalau ada yang mendorong-dorong. Ada yang bisa mengontrol dan membungkus hasratnya, ada pula yang tak bisa mengontrol.

Ekspresif. Syur. Kalau menterinya berkinerja baik, oke, bagus buat pemerintahan. Baik juga buat rakyat. Tapi, di satu sisi, dia bisa dipersepsi sebagai “anak macan”.

Kalau macannya menjadi bagian dari kubu Jokowi pada 2024, sejalan, oke. Tidak masalah. Bagus. Tapi kalau nanti macannya mulai mengasah kuku-kukunya, lalu kemudian mencakar tuannya? Bahaya.

Baca juga : Bersatu Setelah Bertarung

Presiden biasanya sudah punya feeling di tahun pertama: mana yang punya hasrat ke pilpres 2024, mana yang benar-benar “orang kerja”.

Bagi para menteri sebaiknya tetap fokus bekerja. Tulus. Demi rakyat. Demi bangsa dan negara. Luruskan niat. Jangan tergoda, apa pun. Karena, sudah cukup banyak menteri yang tergoda, akhirnya tergelincir. Kena masalah hukum.

Hati-hati juga, karena Presiden bisa setiap saat melakukan reshuffle. Lima tahun lalu, di periode pertama, Presiden Jokowi empat kali melakukan reshuffle. Pada Juli 2016, belum genap dua tahun, Presiden dua kali melakukan reshuffle.

Baca juga : Belajar Mendengar

Presiden mengganti dan mereposisi 19 kursi menteri. Reshuffle pertama bahkan dilakukan saat pemerintahan Jokowi-JK baru berjalan 10 bulan.

Sekarang, kalau Anda datang berbaju putih, niat pun harus putih. Lalu duduk di kursi menteri. Tetap putih. Itu bukan kursi goyang. Juga bukan kursi malas. Tapi kursi yang menjadi harapan rakyat. Seluruh Indonesia.

Di kursi itu pula, Anda bisa goyang. Atau bakal digoyang-goyang. Atau, justru kokoh, dengan prestasi dan integritas yang putih kinclong. Bahkan bisa melampaui 2024. Kita tunggu dan lihat hasilnya.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.