Dark/Light Mode

Adu Kuat Persepsi

Senin, 5 Februari 2024 00:26 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Memenangkan persepsi publik sangat penting dalam pertarungan Pilpres 2024. Capres-Cawapres yang sukses membangun persepsi publik dengan baik, punya peluang besar untuk memenangkan Pilpres 2024.

Mambangun persepsi ini bukan hanya tentang yang baik-baik. Kekurangan juga termasuk di dalamnya. Untuk yang baik-baik, biasanya ditujukan bagi diri sendiri. Sedangkan yang buruk-buruk, diarahkan kepada lawan.

Baca juga : Ahok Mundur dari Komut Pertamina

Di era sekarang, yang dikenal dengan zaman Post Truth, persepsi ini sangat penting. Sebab, kebenaran ada yang di masyarakat tidak lagi ditentukan dengan nilai-nilai luhur agama atau yang warisan nenek moyang. Seperti yang disampaikan oleh Muklas dalam film Budi Pekerja, kebenaran sekarang ditentukan dari banyaknya orang yang berbicara. Artinya, semakin banyak orang yang berbicara, semakin dipercaya bahwa itu benar.

Atas hal itu, membangun persepsi publik sangat penting. Tak peduli apa pun persepsi yang dikembangkan, semakin banyak dibicarakan publik, maka itu akan dianggap sebagai kebenaran. Hal ini juga sejalan dengan teori Illusory Truth Effect, yang menyebutkan bahwa kebohongan yang diungkap secara terus-menerus akan diyakini sebagai sebuah kebenaran.

Baca juga : Bukan Lagi Ban Serep?

Tanda-tanda tersebut sudah nampak dengan jelas. Contohnya, untuk menentukan seorang tokoh pintar atau tidak, kini bisa ditentukan dengan polling atau survei kepada masyarakat. Padahal, belum tentu masyarakat yang memberi penilaian itu mengetahui persoalan. Hasil polling kemudian menunjukkan bahwa si A dianggap lebih pintar dari si B, atau sebaliknya. Hasil ini lalu disebarluaskan dan dibicarakan banyak pihak, sehingga dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Kembali ke Pilpres, sekarang, masing-masing kubu tengah membangun persepsi publik untuk kepentingan masing-masing. Untuk kepentingan internalnya, mereka membangun persepsi positif. Seperti calon yang bersih, calon yang demokratis, calon yang agamis, calon yang merangkul semua kalangan, dan sebagainya. Tujuannya tentu agar kubunya semakin disenangi para pemilih.

Baca juga : Darurat Beras

Sedangkan untuk kubu lawan, mereka membangun persepsi-persepsi negatif. Seperti tidak demokratis, tidak tahu terima kasih, tidak beretika, baperan, dan sebagainya. Tujuannya, agar lawannya dibenci para pemilih.

Yang paling kuat membangun persepsi, dia yang akan unggul. Mayoritas publik akan menganggap sebagai calon yang baik, sedangkan musuhnya hanya mendapatkan dukungan sebagian kecil.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.