Dark/Light Mode
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
RM.id Rakyat Merdeka - Berapa harga 2 kg ayam potong? 14 juta! Rupiah? Bukan. Tapi Bolivar. Ya, 14 juta Bolivar, mata uang Venezuela. Kalau secangkir kopi atau teh? Sama saja, sudah jutaan. Mahal banget.
Di Venezuela, harga-harga memang melambung. Nilai mata uang terjun bebas. Tak ada lagi nilainya. Akibat hiperinflasi tersebut, sepuluh persen rakyat Venezuela, sekitar 3 juta orang, melarikan diri ke luar negeri.
Di antaranya, guru, dokter dan tenaga ahli. Mereka tak sanggup lagi membiayai keluarganya. Dampaknya, pasokan makanan berkurang, sekolah terhambat, penyakit mewabah, pelayanan kesehatan terganggu.
Angka kematian bayi meningkat. Gerah dan marah mewabah dimana Politik tambah panas. Ratusan ribu orang turun ke jalan. Seorang ekonom menghitung: Venezuela sudah “kehilangan 18 tahun kemajuannya”. Krisis ekonomi dan kemanusiaan ini berlanjut ke krisis politik. Presiden Nicolas Maduro (asli, dia bukan keturunan Madura, Jatim), didemo. Maduro dipaksa mundur. Namun dia ogah.
Amerika kesal. Lalu diusunglah seorang anak muda. Namanya Juan Guaido. Umurnya 35. Dia oposisi. Ketua DPR. Beberapa jam setelah dilantik secara sepihak, Rabu (23/1), Amerika mengakui Guaido.
Negara - negara lain mengikutinya. Indonesia secara halus menyindir pemerintah Venezuela: dengarlah suara rakyat. Maduro bergeming. Dia melawan. Bahkan ultimatum negara-negara Eropa untuk menggelar pemilu ulang dalam 8 hari ke depan, tak digubrisnya.
“Apa urusan mereka. Kami tak bisa diancam. Saya tak mau mundur,” tegas Maduro, mantan sopir bus yang kemudian menjadi orang kepercayaan Hugo Chavez, pemimpin sebelumnya.
Sebenarnya, Mei 2018 lalu Venezuela sudah menggelar pemilu. Tapi hanya diikuti 40 persen warga. Diboikot. Rakyat menilai pemilu tidak jurdil. Beberapa anggota oposisi bahkan tak boleh ikut pemilu. Yang diakomodir kebanyakan orang-orangnya Maduro.
Jaksa Agung yang dipilih Maduro pun tak setuju cara-cara seperti itu. Dia dipecat. Lalu kabur ke Kolombia. Penggantinya, orang kepercayaan Maduro. Menurut Jaksa Agung yang dipecat, namanya Luisa Ortega, Jaksa Agung baru yang dipilih Maduro, justru sedang menghadapi kasus.
“Orang itu sedang diselidiki karena terlibat 6 kasus korupsi. Anda tahu, langkah pertama yang diambilnya adalah meminta supaya kasus-kasus itu dibatalkan,” ungkap Luisa. Waduh, tambah ruwet.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.