Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kaget Tagihan Melonjak

Selasa, 9 Juni 2020 04:33 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak yang kaget ketika membayar tagihan listrik awal bulan Juni ini. Naiknya “gila-gilaan”. Ada yang biasanya 90 ribu menjadi 270 ribu. Bahkan ada yang kaget karena harus bayar sampai Rp 17 juta.

Yang bayar 17 juta ini artis Raffi Ahmad. Artis sekelas Raffi saja mengeluh, apalagi rakyat kecil.

Ada apa sebenarnya. PLN telah menjelaskan bahwa tagihan listrik sejumlah pelanggan naik karena adanya work form home (WFH). Selain itu ada juga momen Ramadan. PLN juga mengatakan bahwa mereka tak menaikkan listrik diam-diam. Tidak ada kecurangan. Normal saja. Seperti biasa.

Namun, banyak juga yang merasa, walaupun bekerja dan belajar dari rumah, kenaikan semestinya tak sampai dua atau tiga kali lipat.

Baca juga : Panggung untuk Kepala Daerah

Protes pun bermunculan. Timbul kecurigaan karena adanya ketidaksesuaian ini. Ketidaksesuaian antara pemakaian dan pembayaran. Akibat lonjakan drastis ini. Ini menjadi semacam perdebatan yang tak selesai.

Namun, dalam perspektif yang lain, masalah ini bisa menggambarkan mengenai “kecurigaan” terhadap BUMN kita. Bukan hanya PLN tapi BUMN juga secara umum.

Dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya, masalah BUMN seperti tak pernah selesai. Tak beres-beres. Itu-itu saja.

Belum lama ini misalnya, BUMN yang harusnya membantu pemerintah, membantu rakyat, justru mendapat guyuran dana triliunan dari pemerintah. Ini terbalik. Ibaratnya, rakyat membayar pajak untuk menyusui BUMN. Untuk membantu BUMN yang kesulitan dana.

Baca juga : Haji 2020 dan Dananya

“Hebatnya” lagi, kalau setelah diberi dana talangan untuk memperpanjang nafas BUMN tersebut, muncul kekhawatiran klasik. Apa itu? BUMN menjadi sapi perah oleh oknum parpol atau kepentingan politik. BUMN menjadi ATM.

Kita berharap, Menteri BUMN Erick Thohir segera melakukan langkah drastik dan radikal untuk membenahi BUMN. Karena, sekarang ini, bahkan ada BUMN yang alamatnya saja tidak diketahui. Utangnya banyak.

Walau PLN sudah memberi penjelasan, mestinya ini menjadi alarm bahwa BUMN kita secara keseluruhan memang butuh perhatian serius. Bukan terus disusui. Bukan terus dimanja. Apalagi di tengah situasi sulit yang dihadapi rakyat.

Salah pengelolaan di BUMN mestinya bukan dibebankan ke rakyat. Semoga di tangan menteri baru, ada semangat baru, ada perubahan radikal. Kalau tidak, ya… buat apa?

Baca juga : Belajar Dari `George Floyd`

Kalau ada kenaikan tagihan di beberapa sektor, rakyat terbebani, sementara BUMN terus mengalami penurunan dan terus disusui dan dijadikan ATM, ya… sungguh terlalu.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.