Dark/Light Mode

Belajar Dari `George Floyd`

Selasa, 2 Juni 2020 02:04 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Kalau ada kejadian besar kita selalu mengatakan, “ini menjadi pelajaran berharga”. Terdengar klise, tapi hikmah itu memang harus diambil.

Ini tentang George Floyd yang meninggal di kaki polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat. Kematian pria kulit hitam ini mengundang demo besar-besar di seluruh AS. Ada juga pembakaran gedung dan penjarahan toko yang mengingatkan kita pada peristiwa Mei 1998 di Indonesia.

Floyd, 46 tahun, tewas usai mendapat perlakuan brutal dari Derek Chauvin, polisi yang menangkapnya. Chauvin memborgol tangan Floyd dan menjatuhkan badannya ke aspal.

Chauvin kemudian mengunci badan Floyd menggunakan lutut. Leher Floyd ditekan. Dia sudah mengatakan “saya tak bisa bernafas,” tapi Chauvin tak menggubrisnya.

Baca juga : Apa Kabar Dana Corona?

Floyd ditangkap setelah polisi menerima laporan dari sebuah supermarket yang mengaku bahwa pria kulit hitam itu menggunakan uang palsu 20 USD saat membayar.

Dalam posisi susah nafas, polisi meminta Floyd berdiri untuk segera masuk ke mobil. Namun Floyd bergeming. Tak bereaksi. Floyd kemudian dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong. Dia meninggal.

Video penangkapan warga kulit hitam ini dengan cepat menyebar. Viral. Sehari setelah kematian Floyd pada Senin (25/5), demonstrasi pecah di AS. Warga marah atas tindakan brutal polisi. Demo itu menyebar ke seluruh negeri. Beberapa negara bagian memberlakukan jam malam.

Presiden Trump yang tengah berjuang melawan Corona dan berjuang untuk kembali memenangi pilpres, dibikin pusing. Dia menuduh kelompok “radikal kiri”, ANTIFA, sebagai dalang kerusuhan. Trump mengatakan akan memasukan ANTIFA dalam daftar organisasi teroris.

Baca juga : New Normal Vs Abnormal

Sekali lagi, ini pelajaran berharga buat siapa pun. Termasuk kita. Kita bisa belajar bagaimana perlunya profesionalisme aparat, bagaimana hubungan mayoritas dan minoritas.

Kita juga bisa menarik pelajaran bagaimana menghadapi situasi seperti ini dalam kondisi darurat di tengah aroma politik. (Di media sosial, ada yang kritis dan mengatakan “kalau kasus George Floyd terjadi di Indonesia, yang ditangkap mungkin penyebar videonya”).

Tentu penyikapannya akan beragam, termasuk di Indonesia yang masih kental dengan “sikap ditentukan oleh kubu-kubuan atau posisi politik”.

Yang disayangkan kalau kita seringkali mengatakan “ini menjadi pelajaran berharga”, tapi kerap kali kita juga mengabaikannya.

Baca juga : Hati-hati, Dana Talang Triliunan

Semoga kasus George Floyd benar-benar menjadi pelajaran berharga. Bukan sekadar gincu pemanis bibir yang terlihat indah kemudian dengan cepat hilang, tak berbekas. Semoga.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.