Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Popular Plus-plus

Selasa, 7 Mei 2019 04:18 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Kuncinya sederhana: Popularitas + disenangi + dirasakan rakyat + dipilih = lolos ke Senayan. Karena itu, tidak sedikit mereka yang hanya memiliki popularitas, tapi gagal ke Senayan dalam pemilu legislatif 2019 lalu.

Ada artis, petahana dan politisi kondang. Popular, sering masuk tv dan media, tapi tak disukai, tak akan dipilih. Yang tidak popular, tapi disukai karena dekat dengan rakyat, langsung menyapa dan bersalaman dengan rakyat, mengetuk pintu rumah rakyat: akan dipilih.

Kalau mengandalkan popularitas, Senayan pasti penuh oleh artis dan tokoh popular. Bahkan, Upin-Ipin pun bisa masuk Senayan. Karena, itu, ada artis popular tapi citranya kurang baik, tidak terpilih masuk Senayan.

Baca juga : KPK Bukan Akuarium

Caleg popular dan tak dipilih lagi, juga ada. Banyak orang yang terperangkap popularitas sehingga enggan turun ke bawah.

Tidak serius menyapa rakyat, merasa besar karena popularitas, akhirnya tidak terpilih. Padahal, popularitas semata adalah gelembung balon yang kalau ditusuk lawan, langsung kempes.

Ada yang tidak sadar bahwa dalam pemilu, kawan sendiri, satu partai, satu dapil, adalah musuh paling potensial. Mungkin ada juga yang diam-diam berdoa supaya kawan sendiri yang jadi lawannya tersebut tersandung kasus dan tersingkir dari panggung pemilihan.

Baca juga : Tagline Menarik

Kompetisi internal memang sangat ketat. Semuanya kembali ke caleg itu sendiri. Kalau dia popular, disukai, hasil kerjanya konsisten dan dirasakan langsung oleh rakyat, peluangnya sangat besar.

Apalagi kalau popularitasnya diraih dengan cara-cara bermartabat. Sempurna. Salah satu hasil survei menyebutkan, mereka yang lolos ke Senayan (DPR dan DPD) hanya sekitar 15 persen yang popular.

Selebihnya, tidak popular. Walau tidak popular, hasil kerja mereka dirasakan langsung oleh rakyat. Konkret. Dalan bentuk yang bermacam-macam.

Baca juga : Korban Pemilu

Ketika bulan lalu seorang pelawak, Volodymyr Zelensky, memenangi Pilpres Ukraina, dia punya modal popular dan juga merakyat. Dia menghibur dan ada bobot politisnya.

Rakyat merasa pelawak-politisi tersebut bisa membawa kebahagiaan. Bukan sekadar karena dia pelawak, tapi pelawak plus plus. Dalam Pileg 2019, figur-figur terkenal yang tak lolos ke Senayan bisa juga mejadi indikator bahwa rakyat sudah pintar.

Tidak lagi melihat popularitas, tapi juga kapasitas dan integritas. Tak sekadar beken. Popular pun harus plus-plus. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.