Dark/Light Mode
- Kinerja Industri Manufaktur Terganggu Urusan Koordinasi Antarinstansi
- KAI Tutup Posko Angkutan Lebaran, Penumpang KA Naik 18 Persen
- 100.000 Pendukung Prabowo-Gibran Gelar Aksi Damai di MK, Jumat Besok
- Didampingi Ibu Wury, Wapres Gelar Halal Bihalal Bareng Pegawai Dan Media
- Bobby Tetap Mau Daftar Jadi Bacagubnya PDIP
RM.id Rakyat Merdeka - Ada pernyataan begini: kalau sekarang biaya tes PCR bisa di turunkan menjadi Rp 275 ribu, kenapa tahun lalu biayanya sejuta sampai dua juta rupiah? Kemahalan?
Kalau misalnya sudah terdeteksi kemahalan, kenapa tidak ditegur atau diatur dalam regulasi yang ketat sedari awal? Kenapa sekarang bisa?
Baca juga : OTT, Politik Dinasti Dan Mahfud
Dari sinilah timbul kekhawatiran dan dugaan bahwa ada yang perlu diperjelas soal harganya. Atau, ada ketidakberdayaan terhadap liarnya bisnis dan komersialisasi Covid-19.
Ini baru soal harga test PCR. Belum lagi item lainnya. Alat-alat kesehatan misalnya. Tahun lalu, ketika Covid-19 mengganas, ada 23 item alat kesehatan dan sejenisnya yang masuk Indonesia. Diimpor. Karena darurat, izin edarnya dipercepat. One day service. Tanpa melalui mekanis menormal, misalnya soal mutu, keamanan dan standarisasi.
Baca juga : Belajarlah Sampai Ke Rusia
Sekarang biaya PCR sudah berhasil diturunkan. Namun, pertanyaan tentang transparansi dan overpriced tetap membekas.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.