Dark/Light Mode

Soroti Aksi Vandal Oknum Suporter

Pengamat: Mereka Hanya Dijadikan Pelengkap Pertandingan

Sabtu, 31 Desember 2022 17:47 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengamat sepak bola nasional Achmad Firdaus mengkritik manajemen pengamanan PSSI buntut dari insiden pelemparan bus tim nasional Thailand yang terjadi sebelum laga Grup A Piala AFF 2022 kontra Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Kamis (29/12).

Firdaus menilai, PSSI kembali kecolongan karena tidak bisa mengantisipasi pergerakan suporter dan mengamankan rute bus yang ditumpangi pemain Timnas Thailand saat mereka menuju Stadion GBK.

“Ini bukan lagi masalah kecolongan, karena aksi-aksi ini sudah terjadi, sering terjadi, sehingga tindakan preventif harusnya dilakukan. Ini menandakan PSSI itu tidak bekerja,” kata Firdaus saat dihubungi, Sabtu (31/12).

Akademisi dari Universitas Nasional (UNAS) ini menilai, aksi kekerasan yang dialami oleh pemain Timnas Thailand menjadi contoh buruknya manajemen PSSI. Sebab, tidak mampu menyelesaikan masalah yang sering terjadi dalam sepak bola Indonesia.

Baca juga : Pengamat: Kalau Ledakannya Berkali-kali, Biasanya Pelaku Sekeluarga

“Ini adalah contoh buruk yang kembali dipertontonkan oleh kepengurusan PSSI saat ini, selain tragedi Kanjuruhan. Dengan pola dan kejadian yang sama dan terus berulang, menandakan PSSI tidak paham persoalan,” ucapnya.

Hal yang tidak kalah penting, kata Firdaus, dalam statuta PSSI tidak ada komite yang secara khusus menangani suporter.

Meskipun secara teknis ada Divisi Pembinaan Suporter PSSI, hal itu seolah menjadikan suporter sebagai subordinat yang tidak penting.

"Ini lucu, bagaimana bisa suporter dilepaskan dari sepak bola. Padahal seharusnya suporter itu jadi bagian dari stakeholder yang punya peran penting bagi kemajuan sepak bola Indonesia," ungkapnya.

Baca juga : Saksi Ungkap, Perputaran Uang Duta Palma Hanya Digunakan Untuk Usaha

Konsekuensinya, lanjut Firdaus, suporter ini hanya dijadikan komoditi pelengkap pertandingan, sehingga suara-suara mereka tidak pernah didengarkan. Apalagi dijadikan pertimbangan untuk membuat keputusan.

"Jadi wajarlah aksi vandal suporter ini semakin liar dan brutal. Sebab, ternyata selama ini tidak pernah dianggap. Aksi-kasi spanduk Kanjuruhan dan revolusi PSSI itu bagi saya akibat dari hilangnya rasa percaya suporter kepada PSSI," tegasnya.

“Aksi vandalisme itu akibat dari manajemen yang tidak profesional, kenapa? karena jika suporter diperhatikan, harusnya pertandingan sepak bola itu festival kegembiraan bersama, bukan teror menakutkan. Suporter juga bisa jadi pemain ke 12 sebagai energi untuk timnas,” tambah Firdaus.

Firdaus melanjutkan, aksi kekerasan dalam sepak bola Indonesia jika dilihat dari akarnya, itu karena buruknya kinerja PSSI saat ini. Buruknya kinerja PSSI berdampak pada kualitas pemain, pertandingan, liga dan termasuk suporter.

Baca juga : Hari Guru Nasional Ke-77, Trakindo Dukung Penguatan Pendidikan Berkelanjutan

"Jadi jangan hanya salahkan suporter kalau mereka liar, tapi koreksi ke dalam dan periksa keadaan, apakah PSSI sudah baik atau belum," tegas Firdaus lagi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.