BREAKING NEWS
 

Supaya Kita Nggak Jadi Pasien Ke-29 IMF

Jokowi Minta Semua Eling Lan Waspodo...

Reporter : KINTAN PANDU JATI
Editor : FAZRY
Rabu, 12 Oktober 2022 06:35 WIB
Presiden Joko Widodo saat membuka secara resmi Investor Daily Summit 2022, di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (11/10/2022). (Foto: Humas Setkab/Jay).

RM.id  Rakyat Merdeka - Tanda-tanda gelapnya ekonomi global makin nyata. Satu per satu negara tumbang. Pemerintah Indonesia harus secepatnya pasang kuda-kuda untuk mengantisipasi krisis ini, sehingga kita tidak menjadi pasien IMF (International Monetary Fund).

“Saya mendapat informasi dari pertemuan di Washington DC (Annual Meeting IMF), 28 negara sudah antre di markasnya IMF menjadi ‘pasien’,” ungkap Jokowi, saat membuka Investor Daily Summit 2022, di Jakarta Convention Center, kemarin.

Jokowi mewanti-wanti agar Indonesia tidak sampai men­jadi negara ke 29 yang menjadi pasien di IMF.

“Sekali lagi, kita harus men­jaga optimisme. Tapi yang lebih penting hati-hati dan waspada, eling lan waspodo,” kata eks Wali Kota Solo tersebut.

Baca juga : Soal Status Pandemi, Jokowi Minta Menkes Nanya Ke WHO

Jokowi mengatakan, kon­disi ini terjadi karena adanya perubahan fundamental da­lam ekonomi global. Jika dulu ekonomi relatif mudah dipredik­si, dihitung, dikalkulasi, namun saat ini kondisi global menjadi penuh ketidakpastian dengan volatilitas tinggi.

Apalagi, kata Jokowi, setelah adanya perang Rusia dan Ukrai­na membuat situasi ekonomi global kian tidak pasti. Hal ini terbukti karena proyeksi pertum­buhan ekonomi dunia pada 2023 terjerumus dari perkiraan awal 3 persen menjadi 2,2 persen.

Kendati begitu, mantan Gu­bernur DKI Jakarta ini mengaku punya beberapa jurus rahasia untuk mengantisipasi situasi ekonomi global. Terutama da­lam pengendalian inflasi.

Pertama, gotong royong an­tarinstansi yang dibuktikan dari pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 termasuk yang terbaik di dunia yaitu, 5,44 persen.

Baca juga : Jokowi Dapat Berkah BLT

Jokowi mengatakan, inflasi In­donesia masih terkendali setelah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Inflasi masih di bawah angka 5,9 persen.

Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Argentina, kenaikan inflasi sudah mencapai 83,5 persen, dengan kenaikan suku bunga 3.700 basis poin.

“Moneter kita masih pada posisi yang bisa kita kendali­kan. Karena Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan berjalan beriringan, rukun, tidak saling tumpang tindih. Saya lihat komunikasi baik, sehingga fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-bersama,” tuturnya.

Kedua, meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat dengan cara memberikan ban­tuan sosial (bansos), baik berupa kompensasi maupun subsidi.

Baca juga : Pemkot Tidore Ngarep Presiden Jokowi Hadiri Puncak Sail Tidore

“Subsidi besarnya luar biasa, Rp 502,6 triliun. Ini angka yang besar sekali,” tegas Jokowi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense