Sebelumnya
Sementara itu, proses pembelian F-15 Super Eagle masih dalam tahap pembahasan surat penawaran (letter of offer and acceptance) dari Pemerintah Amerika Serikat, mengingat F-15 dibeli dengan skema foreign military sales.
Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi sepakat, pembelian pesawat tempur bekas merupakan langkah realistis untuk memenuhi kebutuhan operasional TNI AU sekaligus mengejar target pemenuhan Kebutuhan Pokok Minimum atau Minimum Essential Force (MEF).
Pada akhir 2024, kata Fahmi, pemenuhan MEF ditargetkan mencapai 100 persen. Namun, hingga saat ini capaian MEF baru 65 persen.
Baca juga : Prabowo Biayai Penuh 22 Pemuda Palestina Kuliah Di Unhan
Menurut Fahmi, dari ketiga matra, pembangunan kekuatan udara berada pada pencapaian terendah.
Hal itu merupakan imbas perlambatan dan stagnasi pembangunan akibat pandemi Covid-19. Ditambah lagi, pesawat F5-E Tiger dan A-4 Sky Hawk sudah pensiun.
Fahmi menilai, idealnya Kemenhan membeli alutsista baru. Namun, keterbatasan anggaran dan durasi waktu yang dibutuhkan dalam pembelian alutsista baru membuat pembelian alutsista bekas menjadi pilihan.
Baca juga : Menhan Prabowo Janji Bantu Pendidikan Pemuda-Pemudi Palestina
“Alasan mengisi celah atau kesenjangan kekuatan itu terkesan agak tricky, untuk menyelamatkan reputasi dari bayang-bayang kegagalan memenuhi target MEF,” kritiknya.
Fahmi mengingatkan, alih-alih menyelesaikan masalah, pembelian alutsista bekas itu berpotensi hanya memindahkan masalah.
Sebab, selain soal efektivitas dan efisiensi, keterbatasan anggaran bisa berdampak pada pemeliharaan, perawatan, dan kesiapan tempur pesawat yang dibeli. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.