BREAKING NEWS
 

Mau Akurin `Cebong` Dan `Kampret`

Biden, Bergurulah Ke Jokowi

Reporter & Editor :
SRI NURGANINGSIH
Senin, 9 November 2020 06:29 WIB
Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden. (Foto : BBC World)

 Sebelumnya 
Biden menegaskan, semua kompetisi sudah berakhir. artinya, perbedaan politik di antara warga AS sudah selesai. Saat ini, waktunya kedua belah pihak saling mendengarkan, bersatu dan menghormati satu sama lain.

Menurutnya, tidak perlu lagi ada retorika kasar. Suhu politik harus didinginkan. “Ayo bertemu lagi, saling mendengarkan lagi, dan untuk membuat kemajuan, kita harus berhenti memperlakukan lawan kita sebagai musuh kita. Mereka bukan musuh kita. Mereka orang Amerika,” ajak Biden.

Baca juga : Melalui Voting, KSB dan Kreditor Setuju Berdamai

Mungkinkah upaya Biden mulus seperti yang Jokowi lakukan? Anggota Komisi I DPR, Syaifullah Tamliha mengatakan, dari pidatonya, Biden ingin mempersatukan Amerika. Caranya seperti apa, memang tidak diungkapkan dalam pidato kemenangannya. “Kita apresiasi, dalam pidatonya, Biden tidak akan membedakan kebijakannya antara yang memilih dirinya dan yang tidak memilihnya,” kata Tamliha, kepada Rakyat Merdeka, semalam.

Namun, politisi PPP ini ragu bila rekonsiliasi yang nanti akan dilakukan Biden sama dengan yang dilakukan Jokowi. yakni, mengajak lawan politik bergabung dan masuk dalam pemerintah. alasannya, iklim politik di AS itu berbeda dengan di sini. “Biden tersirat ingin mempersatukan rakyatnya tanpa kompromi politik. Sementara cara Presiden Jokowi, merangkul pesaingnya saat Pilpres dimasukkan dalam menteri kabinetnya,” tutur Tamliha.

Baca juga : BPOM Dan Kemenkes Ajak MUI Terbang Ke China

Pendapat Tamliha ini diaminkan Praktisi dan pengajar Hubungan Internasional Dinna Prapto Raharja. Menurutnya, sistem politik dan hukum di AS beda dengan di Indonesia. Soal rekonsiliasi Biden, Dinna punya dua catatan. Pertama, Trump bukanlah kader murni Partai Republik. Patut ditunggu apa yang dilakukan Partai Republik. “Jadi kita lihat saja, bila Partai Republik mengabaikan klaim kemenangan Trump dengan mengakui kemenangan Biden, maka dengan sendirinya segala tuntutan Trump akan layu,” terang Dinna.

Kedua, sistem hukum di Negeri Paman Sam tidak bisa mengubah sistem Pemilu. Penghitungan ulang, tidak bisa mempengaruhi suara electoral college. Hal ini dikarenakan Pemilu AS bukanlah menghitung popular votes atau surat suara. “Jadi, bolanya sekarang di tangan Biden. yang disapa oleh Biden dalam pidato pertamanya adalah para pendukung Trump dan itu sudah cukup menandai bahwa saatnya memulai era baru di bawah pimpinan Biden,” terang Dinna.

Baca juga : Jelang Aksi Mogok, Dua Presiden Buruh Dipanggil Istana

Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya bangga dengan hasil Pemilu AS. Menurutnya, Biden bisa menjadi pemersatu 328 juta rakyat di sana. Mengingat gaya politiknya, sangat berbeda dengan Trump.

“Saya senang Joe Biden menang. Sama sekali bukan karena penganut Katolik. Tapi justru dalam pemilu ini Ia simbol perlawanan terhadap politik yang memecah belah, penuh dengam kebencian, dan mengobral faktor primordial,” cuit akun @yunartowijaya. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense