BREAKING NEWS
 

Israel: Vaksin Pfizer Mungkin Picu Radang Jantung

Reporter & Editor :
MUHAMMAD RUSMADI
Rabu, 2 Juni 2021 10:20 WIB
Seorang pria Yahudi ultra-Ortodoks menerima Covid-19 di cabang Layanan Kesehatan Maccabi di Ashdod, Israel. [Foto: Amir Cohen / Reuters]

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Israel menyatakan, pihaknya menemukan kemungkinan hubungan sejumlah kecil kasus peradangan jantung yang diamati, terutama pada pria muda yang menerima vaksin Covid-19 Pfizer di Israel.

Namun pihak Pfizer mengatakan, belum mengamati tingkat kondisi yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai miokarditis, daripada yang biasanya diperkirakan pada populasi umum. Pada Selasa (1/6), perusahaan farmasi itu belum memberikan komentarnya.

Baca juga : Risma: Amalkan Pancasila dengan Jaga Integritas

Menurut Kemenkes Israel, seperti dikutip Reuters, 275 kasus miokarditis dilaporkan terjadi antara Desember 2020 dan Mei 2021, di antara lebih dari 5 juta orang yang divaksinasi. Temuan penelitian ini sengaja diungkap untuk memeriksa masalah tersebut.

Sebagian besar pasien yang mengalami radang jantung menghabiskan tidak lebih dari empat hari di rumah sakit dan 95 persen dari kasus mereka diklasifikasikan sebagai ringan.

Baca juga : Sambut Vaksin, Erick: Urusan Suntik Vaksin, RI Unggul Di Asia Tenggara

Studi tersebut menemukan, ada kemungkinan hubungan antara menerima dosis kedua (dari vaksin Pfizer) dan munculnya miokarditis di antara pria berusia 16 hingga 30 tahun.

Hubungan seperti itu diamati lebih banyak di antara pria berusia 16 hingga 19 tahun, dibanding kelompok usia lainnya.

Adsense

Baca juga : Jadi Kontributor Vaksin Lansia Tertinggi, Jateng Pancen Oye

Sementara Kelompok Penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDCP) Amerika Serikat pada Mei, merekomendasikan studi lebih lanjut tentang kemungkinan hubungan antara miokarditis dan vaksin mRNA, yang mencakup vaksin dari Pfizer dan Moderna Inc.

Sistem pemantauan CDCP tidak menemukan lebih banyak kasus daripada yang diperkirakan dalam populasi, tetapi kelompok penasihat itu mengatakan dalam pernyataan bahwa anggota merasa penyedia layanan kesehatan harus diberi tahu tentang laporan "potensi efek samping."
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense