Sebelumnya
Ketua panel tersebut, Geoffrey Nice, pengacara veteran Inggris, masuk dalam daftar sanksi China. Dia mendapat sanksi bersama dengan Helena Kennedy, pengacara HAM yang jadi penasehat pengadilan.
Nice, yang memimpin penuntutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas kejahatan perang mendiang mantan pemimpin Serbia Slobodan Milosevic mengatakan, sanksi China tidak akan mempengaruhi pekerjaan pengadilan. Anggota lain dari pengadilan itu adalah ahli di bidang kedokteran, pendidikan dan antropologi.
Baca juga : Mendagri Puji Pelayanan Publik Di Banyuwangi
Di tempat terpisah, China mengutuk pengadilan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menilai, panel itu bukan pengadilan yang sebenarnya.
“Panel itu hanya sebuah mesin yang menghasilkan kebohongan didirikan oleh orang-orang dengan motif tersembunyi dan tidak membawa otoritas. Hanya pertunjukan opini publik dengan kedok hukum,” cetus Zhao, baru-baru ini.
Baca juga : Menpora Getol Perjuangkan Pencak Silat Masuk Olimpiade
Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuding China melakukan genosida di Xinjiang. Kendati demikian, Inggris menolak blak-blakan menuding China seperti AS. Tapi negeri Ratu Elizabeth itu bergabung dengan AS dan Jerman, menyerukan Beijing untuk mengakhiri penindasan terhadap minoritas Uighur.
Kelompok HAM mengatakan, hingga satu juta orang Uighur dan orang-orang dari etnis minoritas Turki lainnya ditahan di kamp-kamp di Xinjiang. Beijing berulang kali membantah bahwa ada pelanggaran di sana. Mereka mengklaim, itu adalah kamp pelatihan kerja untuk mencegah ekstremisme dan meningkatkan pendapatan warga setempat.
Baca juga : Irlandia Utara: Usir Dubes Israel Dari Inggris!
Pengadilan itu dilakukan sepekan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Inggris. Presiden AS Joe Biden yang akan hadir dalam KTT itu telah mendesak sesama negara demokrasi Barat untuk bersikap tegas terhadap China. Menjelang KTT, bulan lalu, para menteri luar negeri G7 mengatakan sangat prihatin dengan pelanggaran hak asasi terhadap Uighur dan di Tibet. Tak hanya itu, mereka juga mendesak diakhirinya penargetan para pemimpin oposisi di Hong Kong. [PYB]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.