BREAKING NEWS
 

Bias! Laporan Hudson Institute Tentang Muslim

Reporter & Editor :
MUHAMMAD RUSMADI
Kamis, 16 September 2021 09:50 WIB
Kandidat doktor Hubungan Internasional di Central China Normal University Wuhan Ahmad Syaifuddin Zuhri (kiri), dosen Universitas Wahid Hasyim Semarang Dr Ali Martin (kanan) dan wartawan senior harian Kompas Iwan Santosa pada seminar nasional “Hudson Institute dan Kebijakan Luar Negeri AS terhadap Muslim di Dunia”, Rabu (15/9/2021).

 Sebelumnya 
Senada dengan itu, dosen Universitas Wahid Hasyim, Ali Martin juga mengatakan, lembaga think tank Hudson Institute sangat dominan dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Menurutnya, Hudson telah memiliki jaringan yang kuat, baik di pemerintahan, pengusaha dan akademisi.

Hudson memanfaatkan para akademisi untuk memuluskan narasi-narasi dari laporannya, untuk meyakinkan Amerika Serikat dalam kebijakan luar negerinya. “Hudson saat ini adalah lembaga yang di balik layar kebijakan Amerika, khususnya tentang muslim,” ungkap Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kendal, Jawa Tengah ini.

Baca juga : Syarief Hasan: Amandemen Konstitusi Perlu Kajian Mendalam

Pembicara lainnya, wartawan harian Kompas Iwan Santosa menjelaskan perlunya berhati-hati dalm membicarakan kebijakan luar negeri Amerika saat ini. Misalkan, lanjut Iwan, perang dagang antara Amerika dan China yang diakui publik, khususnya media dan akademisi, apakah benar-benar perang dagang sungguhan atau hanya mengecoh para negara berkembang lainnya agar tidak maju.

Sebab, lanjutnya, ada investasi yang jumlahnya cukup besar dari Amerika di Indonesia, yang mana pelaksananya adalah sebuah perusahaan dari Beijing.

Baca juga : Bersama ACT, Ajinomoto Berikan Donasi untuk Tenaga Medis

Kemudian, ujar Iwan lagi, yang perlu diperhatikan bagi bangsa Indonesia adalah, tiga kekuatan di negeri ini, yakni muslim, militer dan hubungan dengan China. Dia menyebutnya sebagai the centre of gravity, di mana ketiga kekuatan ini jika terus dibenturkan, akan terus memperlambat kemajuan Indonesia.

“Selama ini benturan itu terus berlangsung dan terus dimainkan,” pungkas jurnalis yang konsisten menulis tentang kehidupan masyarakat peranakan Tionghoa di Nusantara, termasuk kekayaan budaya dan sejarahnya ini. [RSM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense