BREAKING NEWS
 

Menghemat Politik Identitas (25)

Globalisasi Sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin

Jumat, 9 September 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Trend globalisasi cenderung mengeliminir politik iden­titas. Hal yang sama kecenderungn Islam sebagai ajaran universal juga cenderung melewati realitas local dengan berbagai identitasnya. Trend dan prediksi Al-Qur’an dan hadis tentang globalisasi amat jelas: Sebuah tantangan yang harus dihadapi dengan penuh persiapan. Salahsatu misi Nabi Muhammad SAW ialah untuk mentransformasi­kan umat manusia dari kungkungan fanatisme primordial (qabiliyyah) menuju masyarakat global (ummah). Dengan demikian, globalisasi menjadi salahsatu konsekwensi dan tantangan yang harus dihadapi. Islam sebagai system nilai yang berobsesi untuk mewujudkan rahmat dan kasih sayang untuk semesta alam (rahamatan lil-‘alamin). Nilai-nilai ajaran Islam, selain harus melintasi batas-batas geografis juga harus lapis-lapis kultural.

Baca juga : Antara Orisinalitas Dan Kontinuitas

Nabi Muhammad SAW begitu optimis memperkenalkan Islam sebagai system nilai terbuka. Banyak langkah yang ditempuh Nabi untuk menyiapkan pangkalan pendaratan Islam sebagai agama global. Di antaranya, Nabi pernah menyerukan: “Tuntutlah ilmu sampai ke tanah Cina”. Walaupun di sana belum ada muslim tetapi saat itu negeri Cina sudah mengenal peradaban tinggi. Nabi juga mengirim beberapa tiem ekspedisi ke negara-negara Eropa.

Baca juga : Mengembangkan Asas Sentripetal

Nabi aktif berkorespondensi dengan pusat-pusat kerajaan Superpower, seperti Kerajaan Romawi-Bizantium di Barat dan Kerajaan Persia sekarang Iran. Nabi juga pernah menegaskan: Hikmah atau kebenaran ada di mana-mana, maka ambillah karena itu milik Islam. Nabi juga mengharuskan umatnya, tanpa membdakan kelas dan jenis kelamin untuk menuntut ilmu: “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”. Banyak lagi kebijakan Nabi yang bisa dimaknai penyiapan umat untuk menyongsong masyarakat global.

Adsense

Baca juga : Mengeliminir Identitas Pribumi Dan Non-Pribumi

Ketika Tawanan Perang Badar diberikan kebebasan bersyarat oleh Nabi berupa kewajiban mengajarkan ket­erampilan kepada penduduk Madinah, maka yang ikut di dalam kelas-kelas keterampilan itu bukan hanya umat Islam tetapi juga orang-orang Madinah secara umum, baik yang beragama Islam maupun yang beragama lain. Pilihan-pilihan keterampilan itu antara lain, keterampiran merias pengantin atau salon dan menyamak kulit untuk perempuan. Sedangkan kaum laki-laki disediakan kelas keterampilan membuat senjata, tukang besi, tukang kayu, tukang batu, dan keterampilan khusus lainnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense