Dark/Light Mode

Menghemat Politik Identitas (24)

Antara Orisinalitas Dan Kontinuitas

Kamis, 8 September 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sistematisasi Al-Qur’an yang turun bertahap sampai 23 tahun mengisyaratkan adanya unsur professional di dalam mendekati masyarakat manusia. Ayat-ayat yang turun di bagian awal dalam periode Mekkah berisi dok­trin tauhid. Disusul ayat-ayat yang turun di Madinah berisi ajaran Syari’ah dan sosial kemasyarakatan. Islam melestarikan tradisi positif dan menerima perubahan yang lebih produktif.

Islam tidak dilahirkan di dalam ruang yang hampa budaya dan peradaban. Islam lahir di dalam sebuah dunia yang sudah sarat dengan budaya dan peradaban. Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran Islam tidak pernah mengklaim sebagai perintis budaya dan perada­ban yang samasekali baru. Ia bahkan dengan tawadhu dikatakan dalam hadisnya:

Baca juga : Mengembangkan Asas Sentripetal

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (innama bu’itstu li utammim makarim al-akhlaq). Ia tidak pernah menolak budaya dan peradaban dari luar. Ia juga tidak pernah mematenkan budaya dan peradabannya yang yang dirasa positif untuk kemanu­siaan. Ia menyerukan untuk mengejar pengetahuan walau sampai ke tanah Cina (utulub al-‘ilm wa lau bis Shin). Ia juga mengatakan: “Hikmah (peradaban) adalah milik umat Islam, ambillah di manapun kalian temukan” (al-hikmah dhalah al-mu’min fahaitsu wajadaha fa huwa ahaq biha).

Al-Qur’an juga sejak awal menyerukan pentingnya me­melihara kontinuitas budaya dan peradaban. Segala sesuatu yang positif pada umat-umat terdahulu harus dilestarikan, karena dengan tegas dikatakan: “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya" (la nufarriq baina ahadin min rusulih). (Q.S. Al-Baqarah/2:285).

Baca juga : Mengeliminir Identitas Pribumi Dan Non-Pribumi

Dengan demikian, pola imitative budaya dan peradaban dalam Islam harus dianggap sebagai sesuatu yang niscaya. Mungkin inilah yang dipopulerkan Umar ibn Khaththab sebagai bid’ah hassanah, sebuah kelanjutan tradisi yang konstruktif. Jika kita berbicara tentang kebudayaan dan peradaban Islam berarti kita berbicara tentang tradisi luhur kemanusiaan yang diwarisi secara kumulatif dari zaman ke zaman.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.