BREAKING NEWS
 

Awal Ketegangan Politik Dalam Dunia Islam

Jumat, 28 Oktober 2022 06:20 WIB
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Isu suksesi dan ketegangan politik dalam dunia Islam berawal pada masa Khulafa’ al-Rasyidin. Hanya saja, kearifan para sahabat Nabi berhasil meredam ketegangan itu.

Akan tetapi pasca Khulafa’ al-Rasyidin, ketegangan politik tak terbendung lagi dan terjadilah apa yang biasa disebut dengan “fitnah kubra”, yaitu fitnah yang melahirkan perpecahan dan perang saudara melanda umat Islam saat itu.

Baca juga : Awal Ketegangan Politik Di Dunia Islam

Fitnah Kubra memuncak ketika Ali dan Mu’awiyah berseteru, masing-masing tidak ada yang mau mengalah di dalam memerebutkan pemimpin yang akan menggantikan Utsman. Ali sudah dilantik menjadi khalifah keempat tetapi tidak diakui oleh Mu’awiyah. Karena tidak ada yang mau mengalah, maka terjadilah peperangan yang disebut Perang Shiffin.

Mu’awiyah didukung oleh ‘Aisyah, istri Nabi dan Ali tentu saja didukung oleh istrinya, Fathimah, putri Nabi. Perang tidak dapat dielakkan antara keduanya.

Baca juga : Henoteisme

Di tengah perang saudara ini, Amr ibn ‘Ash yang dikenal sebagai politikus cerdik di pihak Mu’awiyah, menyerukan gencatan senjata dan perdamaian. Ia menggunakan simbol 500 Al-Qur’an yang diusung di ujung tombak sambil mengajak semua pasukan untuk kembali kepada penyelesaian secara Al-Qur’an. Ali dan Mu’awiyah menyetujuinya.

Ali mengutus Abu Musa al-Asy’ary, seorang ulama yang disegani dan Amru ibn Al-Ash mewakili pihak Mu’awiyah. Amr ibn ‘Ash tahu keshalihan dan kelemahan Abu Musa. Amr meminta agar demi kemuliaan Islam dan demi kemaslahatan umat Islam, sebaiknya Ali-dan Mu’awiyah mengundurkan diri lalu dicari tokoh lain yang lebih netral.

Adsense

Baca juga : Monisme

Dengan lugu Abu Musa, perunding mewakili pihak Ali ibn Ai Thalib menerima usulan itu. Ia diminta berpidato di lebih awal di depan massa dan pasukan kedua belah pihak. Ia menyerukan bahwa sekarang ini tidak ada lagi khalifah dan kini saatnya kita akan mencari khalifah yang dapat diterima oleh semua pihak.

Tiba giliran Amr ibn ‘Ash, menelikung pernyataan itu dengan mengatakan, oleh karena sekarang tidak ada lagi khalifah maka dengan ini kami melegalkan Mu’awiyah sebagai khalifah. Tentu saja pihak Ali tidak menerimanya, maka peperangan pecah kembali. Begitulah seterusnya hingga Ali mati terbunuh.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense